Senin, 07 Oktober 2013

LARANGAN SYIRIK

LARANGAN SYIRIK
A.Matan & Tarjamah
وعن معاّذبن جبل رضي الله عنه قال : كنت ردف النبي صلي الله عليه وسلم علي حمار, فقال : يا معاذهل تدري ماحق الله علي عباده, وماحق العباد علي الله؟ قلت : الله ورسوله اعلم, قال: فان حق الله علي العباد ان يعبدوه ولايشركوابه شيآ, وحق العبادعلي الله ان لايعذب من لايشرك به شيآ, فقلت: يارسول الله آبشرالناس؟ قال: لاتبشرهم فيتكلوا.متفق عليه.
        Artinya:
            Dari Mu’adz bin jabal RA. Berkata:suatu saat aku berada di belakang Rasulullah saw. dengan menaiki himar,lalu beliau bersabda:hai mu’adz!apakah kamu tahu apakah hak Allah atas para hambanya, dan apakah hak para hamba atas Allah?aku berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.Beliau bersabda: Sesungguhnya hak Allah atas hambanya ialah mereka harus menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa seseorang yang tidak menyekutukan-Nya denga sesuatu apapun, kemudian aku berkata: wahai Rasulullah tidakkah aku memberitahukan kabar gembira ini kepada sekalian manusia?Beliau bersabda: jangan beritahukan kabar gembira ini kepada sekalian manusia sehingga mereka bertawakkal kepada Allah.HR:Muttafaqun ‘alaih.
B. Analisa Matan
   1.Al-qur’an
Hadits ini tidak bertentangan dengan ayat Al-qu’an bahkan ada ayat yang sesuai seperti dalam surat An-nisa’ ayat 116 yang artinya:
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. 
 2.Hadits
   Hadits ini tidak bertentangan  dengan suatu hadits bahkan ada beberapa hadits yang mendukungnya seperti berikut ini :
-          Hadits pertama
حدثنامحمد بن بشار: حدثناغنذر: حدثناشعبة, عن آبي حصين والاشعاث بن سليم: سمعا الاسودبن هلال, عن معاذ بن جبل قال: فال النبي صلي الله عليه وسلم: يامعاذ, آتدري ماحق الله علي العباد؟ قال: الله ورسوله آعلم, قال: آن يعبدوه ولايشرك به شيآ,  آتدري ماحقهم عليه؟ قال: الله ورسوله اعلم, قال: آن لايعذبهم .
-           
-           
-          Hadits kedua
حدثناعمر بن حفص: حدثنا آبي: حدثناالاعماش: حدثنا شقيق, عن عبد الله رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسل: من مات يشرك بالله شيآدخل النار وقلت انا: من مات لايشرك بالله شيآدخل الجنة.
Bahkan hadits kedua ini menjelaskan tentang lafadz ان لايعذب .bahwa maksud dari Allah tidak akan menyiksa ialah Allah tidak akan memasukkan seseorang ke dalam neraka yang tentunya seseorang tersebut telah bertobat dari segala dosa baik dosa kecil maupun dosa besar sebelum dia meninggal dunia.
3.Akal
  a. bahasa
Dari segi bahasa tidak ada yang menyalahi kaidah bahasa arab.Dan juga redaksi matannnya apabila dicocokkan dengan hadits pertama yang merupakan hadits dari kitab shohih bukhori terlihat kemiripannya.Apabila ada suatu hadits yang bukan dari kitab shohih lalu dicocokkan dengan hadits dari salah satu kitab shohih dan terlihat kemiripannya dan tidak terlalu banyak perbedaannya maka bisa dihukumi shohih secara matan asalkan tidak bertentangan dengan ayat Al-qur’an.
 b.materi
Dari segi materi yang terkandung dalam hadits ini tidaklah bertentangan dengan akal.Larangan syirik atau menyekutukan Allah sangat bisa dibenarkan.Tentu saja tidak ada yang setara dengan Allah baik dalam hal kekuatan maupun segalanya.Apabila ada yang setara dengan Allah maka alam ini tidak akan tercipta.Misalnya Allah ingin menciptakan bumi ini cenderung bulat lalu sesuatu yang selain Allah ingin menciptakan bumi ini berbertuk segitiga maka bumi ini tidak akan tercipta karena ada persengketaan kekuasaan untuk mencipta.Hal ini sangat mustahil.Dan mengenai Allah yang menyiksa atau tidak kepada hambanya itu terserah kehendak Allah karena kekuasaan Allah itu mutlak yang tentunya disertai dengan sifat adilnya.
Tetapi ada keanehan dalam lafadzلاتبشرهم فيتكلو اyang artinya: :”jangan beritahukan kabar gembira ini kepada sekalian manusia sehingga mereka bertawakkal kepada Allah.”yang dalam hal ini saya tidak paham dengan redaksi ini.
Jadi Hadits ini matannya tetap dihukumi shohih karena tidak bertentangan dengan ayat Al-qu’an maupun dengan hadits lainnya.



Ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan


B AB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak orang yang salah mengartikan akan suatu ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an, sehingga orang bisa saja mengartikan berbagai ayat dalam Al-Qur’an dengan tidak melihat berbagai sumber termasuk tafris-tafsir yang sudah ada. Banyak sekali buku-buku atau tafsir-tafsir yang seharusnya kita gali untuk mengkaji berbagai ayat. Salah satunya adalah tafsir al-Maraghi. Al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memehami ajaran Al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa tafsiran surat At-taubah ayat 122 ?
2.      Apa Tafsirn surat Al- Mujadalah ayat 11 ?
3.      Apa Tafsirn surat  Az-Zumar Ayat 9 ?
4.      Apa Tafsirn surat  Fathir ayat 27-28 ?
   
  BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tafsir Surat  At-Taubah Ayat 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ 
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan, setiap orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Menurut pengertian tersebut kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah adalah dalam bidang ilmu agama. Akan tetapi agama adalah suatu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek dan mencerdaskan kehidupan mereka, dan tidak bertentangan dengan norma-norma segi kehidupan manusia. Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat mencerdaskan kehidupan mereka dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban adalah wajib pula hukumnya.
2.1.1   PENAFSIRAN KATA-KATA  SULIT:
نفر – Nafara                 :   berangkat perang
لولا  – Laula                 : Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan melakukan sesuatu yang disebutkan sesudah kata-kata tersebut, apabila itu terjadi dimasa yang akan datang. Tapi “Laula” juga berarti kecemasan atas meninggalkan perbuatan yang disebutkan sesudaah kata itu, apabila merupakan hal yang telah lewat. Apabila hal yang dimaksud merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bias saja ”Laula”, itu berarti perintah mengerjakannya.
الفرقة  - Al- Firqah        : kelompok besar
الطائفة – At- Ta’ifah      : kelompok kecil
تفقه – Tafaqqaha           : berusaha keras untuk mendalami dan memmahami suatu perkakara dengan susah payah untuk memperolehnya.
انذره – Anzarahu          : menakut-nakuti dia.
حذره – Hazirahu           : berhati-hati terhadapnya.

2.1.2. ASBABUNUZUL SURAT AT-ATAUBAH AYAT 122
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya, "Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu." Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan, "Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang)." (Q.S. At-Taubah 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat 122).
2.2. AL-MUJADALAH 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ  [المجادلة/11]
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2.2.1.  TAFSIR MUFRODAT
تَفَسَّحُوا   :Maksudnya adalah توسعوا  yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.
يَفْسَحِ      :Maksudnya Allah akan melapangkan rahmat dan rizki bagi mereka.
فَانْشُزُوا  :Maksudnya saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.
2.2.2.  ASBABUN NUZUL
Ayat ini diturunkan pada waktu Rosululloh S.A.W. ingin memuliakan sahabat ahli perang badar dari pada sahabat muhajirin dan anshor. Ketika Rosululloh S.A.W. duduk di tempat yang sempit beliau ingin memuliakan sahabat ahli badar, maka datanglah sahabat ahli badar tersebut saling berdesakan dan berdiri di hadapan beliau sambil menanti kelapangan majlis (tempat duduk), Rosululloh memerintahkan sahabat yang bukan ahli badar yang berada disampingnya untuk berdiri.
2.2.3. PENJELASAN.
Dari ayat tersebut dapat diketahui, hal sebagai berikut:
Pertama : Bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah saw. Yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.
Kedua : Bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majelis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang dimungkinkan, karena cara demikian dapat menimbulkan keakraban diantara sesama orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah saw.
Ketiga : Bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikan di dunia dan akhirat. Singkatnya ayat ini berisi perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa kebahagiaan kepada setiap orang Islam. Atas dasar inilah Rasulullah saw, menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hambanya, selama hamba tersebut selalu menolong sesama saudaranya.
Adapun arti potongan ayat dibawah ini adalah:
إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّخُوْا فِيْ الْمَجَالِسِ فَافْسَخُوْا
Maksudnya adalah apabila kamu diminta berdiri selama berada di majelis Rasulullah saw, maka segeralah berdiri, karena Rasulullah saw terkadang mengamati keadaan setiap individu, sehingga dapat diketahui setiap keadaan orang tersebut, atau karena Rasulullah saw, ingin menyerahkan suatu tugas khusus yang tidak mungkin tugas tersebut dapat dikerjakan oleh orang lain. Berhubungan dengan hal yang demikian, maka bagi orang yang datang terdahulu di majelis tersebut tidak boleh mempersilahkan orang yang datang belakangan untuk duduk di tempat duduknya.
Imam Malik, Bukhari, Muslim dan Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw, bersabda: La yuqimu al-rajulu min majlisi walakin tafassakhu wa tawassa’u. Yang artinya: seorang tidak sepantasnya mempersilahkan tempat duduknya kepada orang lain (yang datang belakangan). Tetapi cukup dengan memberikan kelapangan dan mempersilahkan lewat.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ، وَالَّذِيْنَ أُتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
maksudnya adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang melaksanakan segala perintahnya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik dari pahala maupun keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkanagar memberikan kelapangan kepada sesama kawannyaitu datang belakangan, atau apabila dianjurkan agar keluar meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilanhkan haknya. Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada Tuhannya, karena Allah tidakakan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.
Sedangkan potongan ayat وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ maksudnya bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut. Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.4
Ayat tersebut diatas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
2.3. TAFSIR SURAT AZ-ZUMAR  AYAT  9
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ   [الزمر/9]
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
2.3.1. TAFSIR MUFRODAT
هُوَ قَانِتٌ  : مطيع, خاضع, عابد الله تعالى ( taat, tunduk dan beribadah kepada Allah).
آنَاءَ اللَّيْلِ : ساعته (waktunya bersujud dan berdiri dan mengharap rahmat Tuhannya).
2.3.2.  MUNASABAH DAN ASBABUN NUZUL
Firman Allah أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ … ibnu abbas berkata : dalam riwayat ‘atho ayat tersebut diturunkan pada sahabat abu bakar as-Shidiq. Menurut ibnu ‘umar diturunkan pada sahabat Usman bin Affan, menurut Muqotil diturunkan pada Amr bin Yasir
2.3.3. PENJELASAN
Ayat ini menerangkan perbedaan antara orang kafir dengan orang yang selalu taat menjalankan ibadah kepada Allah dan takut dengan siksa Akhirat yang selalu mengharapkan Rahmat (surga).
Tidak sama antara orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan mengEsakan Allah, mentaati semua perintah menjauhi larangan-Nya, yaitu Abu Bakar dan sahabatnya, dengan orang-orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan yaitu Abu Jahal dan sahabatnya.
Ayat di atas menunjukkan keutamaan ilmu daripada harta, karena orang yang mempunyai ilmu mengetahui kemanfaatan harta dan orang yang tidak berilmu tidak mengetahui kemanfaatan ilmu.


2.4. SURAT AL-FATIR 27&28
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ (27) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (28) [فاطر/27، 28]
27.Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
28. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
2.4.1.  TAFSIR MUFRODAT
أَلَمْ تَرَ: (tidakkah kamu melihat) firman ini ditujukan kepada Rosululloh dan kepada orang-orang yang berbuat baik kepada Rosululloh.
مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا :(yang beraneka macam jenisnya) merupakan sifat buah-buahan, maksudnya  ألوانها  yaitu berjenis-jenis dan berkelompok, sebagian dari alwan itu ada yang putih, merah, kuning, hijau dan hitam.
مُخْتَلِفٌ   :(bermacam-macam) sebagian dari macam-macam warnanya itu ada merah, hitam, putih, hijau dan kuning.
Imam farro’ bekata : arti مختلف menjadikan bermacam-macam warna seperti perbedaannya warna buah dan gunung, sesungguhnya Allah S.W.T. menyebutkan segala sesuatu itu mempunyai perbedaan warna karena sesungguhnya perbedaan ini sebagai bukti keagungan, keadilan atas kekuasaan Allah dan bukti atas keindahan ciptaan Allah S.W.T.
الْعُلَمَاءُ    : (Ulama) orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah,
2.4.2.  PENJELASAN.
Dalam firman Allah ini, Allah mengingatkan kepada Rosululloh dan juga kepada orang yang berbuat baik kepada Rosul ( umata manusia ) bahwa Allah telah menurunkan hujan dari langit yang dengan hujan itu dapat mengahsilkan buah-buahan yang beraneka macam jenis dan kelompoknya, juga bermacam-macam warnanya antara lian putih, merah, kuning, hijau dan hitam. Selain itu Allah juga menjadikan gunung-gunung yang antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih yang beraneka macam warnanya ada pula yang hitam pekat.
Imam Jauhari mengatakan : hitam pekat artinya warna yang sangat hitam.
Firman Allah S.W.T. : dan demikian pula diantara manusia, binatang melata dan ternak itu bermacam-macam warna dan jenisnya, sesungguhnya Allah menciptakan segala sesuatu dengan bermacam-macam warna dan berbeda-beda jenisnya, hal ini Allah ingin menunjukkan bukti sebagai keagungan, keadilan atas kekuasaan dan keindahan ciptaannya.
       
     BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari surat Ataubah Ayat 122  menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan, yaitu hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak di syari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari da’wah tersebut agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik
Dari ayat 27 dan 28  Surat Fathir tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diturunkannya hujan, tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam.
  2. Demikian juga manusia, binatang-binatang diciptakan Allah bermacam-macam warna jenisnya sebagai tanda kekuasaanNya.
  3. Yang benar-benar mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan mentaatinya hanyalah ulama, yaitu orang-orang yang mengetahui secara mendalam kebesaran Allah. Dia Maha Perkasa menindak orang-orang kafir, Maha Pengampun kepada hamba-hambanya yang beriman dan taat.
DARI SURAT AZ_ZUMAR AYAT 9
1. Perbandingan orang yang beruntung (selalu taat pada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya) dengan orang yang rugi (kafir).
2. Tidak sama antara orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dengan orang bodoh.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi
An-Nawawi , Imam Abil Hasan Ali Ibni Ahmad Al-Wahidi, Muroh labid Tafsir
Al-Maroghi, Ahmad Mustofa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maroghi. Semarang : PT Karya Toha Putra Semarang.