Senin, 30 Desember 2013

OPPOSISI ILMU MANTEQ


BAB I


PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Telah kita ketahui, logika mempelajari cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa melaksakanya tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi promisnya. Bila kita bandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir dan semenya, sedangkan proses penalaran itu dapat kita samakan dengan bagan atau arsitekturnya, dengan semen, batu dan pasir serta arsitektur yang baik akan dihasilkan bangunan yang indah dan kokoh, dengan premis yang dapat dipertanggungjawabkan dan melalui proses penalaran yang sah akan dihasilkan kesimpulan yang benar.
Premis-premis dimana logika bergelut berupa pernyataan berupa bentuk kata-kata meskipun dalam penyelidikan lebih lanjut dijumpai pernyataan berupa rumus-rumus.
Kini kita telah memasuki permasalahan kedua dalam logika yaitu btentang relasi antara proposisi. Kita telah membahas struktur proposisi ketika kita membahas kata dan berbsagai jenisnya, dan ketika kita menyelidiki proposisi, unsur-unsurnya dan berbagai macamnya.
Apabila kita menghadapi dua pernyataan yang berlawanan keduanya menginformasikan permasalahan yang sama, begaimanakah menentukan kebenaran dua pernyataan tadi ? benar keduanya, salah keduanya atau satu salah dan satu benar?
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Opposisi?
2.    Apa macam-macam opposisi?
3.    Bagaimana hubungan antar proposisi?
BAB II


PEMBAHASAN
A.    Pengertian OPPOSISI (Pertentangan)
Tanaqud (opposisi) ialah pertentangan yang terdapat pada dua proposisi yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi beda dalam kuantitas atau kualitasnya, sehingga dapat menyebabkan yang lain benar dan yang lain salah. Contoh:
a.      Semua manusia hewan
Sebagian manusia tidak hewan
b.      Santri pondok pesantren berbudi luhur
Santri pondok pesantren tidak berbudi luhur

Dalam kedua contoh a dan b diatas merupakan suatu perlawanan dalam dua proposisi. Untuk mengambil kesimpulan dari dua proposisi yang berbeda, tentu harus terpatokkan pada ilmu logika. Dalam ilmu logika disebutkan: tak mungkin keterangan keduanya benar dan tak mungkin keduanya salah, apabila yang satu benar maka yang lain pasti salah, dengan demikian jalan selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu satunya mesti benar dan yang benar adalah semua manusia adalah hewan, setelah diteliti kebenaranya.[1]
B.     Pembagian OPPOSISI
OPPOSISI dalam logika itu bentuknya ada 4 (empat0, yaitu:[2]
1.      Sub kontraris
2.      Kontraris
3.      Sub alternasi
4.      Kontradiktoris
Sedangkan dalam ilmu logika ada 6 dengan ditambah:[3]
5.      Hubungan independen (tak bertautan)
6.      Hubungan ekuivalen (persamaan)
Keempat bentuk pertentangan dalam logika biasa digambarkan dengan bujur sangkar dan garis silang berikut:
                                                     A         : Universal Positif       Semua S adalah P
                                                     I           : Partikular Positif       Sebagian S adalah P
                                                     E          : Universal Negatif      Semua S bukan P
                                                     O         : Partikular Negatif     Sebagian S bukan P


1.      Opposisi subkontraris
Hubungan antara dua proposisi/individual (   qodhiyah syakhshiyah) yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi beda kualitasnya.
Jadi apabila proposisi (qodhiyah) itu berupa individual (      syakhshiyah), maka tanaqudh-nya hanya dengan mengubah kualitasnya (mujabah/salibah) jadi adalah hubungan antara proposisi I dan O.
Contoh:          I           : Sebagian pedagang kikir
                       O         : Sebagian pedagang tidak kikir
                       O         : Sebagian mahasiswa tidak malas
                       I           : sebagian mahasiswa malas

2.      Opposisi Kontraris
Hubungan yang terdapat antara dua proposisi universal (qadhiyah kulliyah) yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi beda kualitasnya.
Jadi, apabila proposisi (qodhiyah) itu berupa general (muhmalah), maka tanaqudhnya hanya dengan merubah kualitasnya. Jadi adalah hubungan A dan E.
Contoh:          A         : Semua politikus curang
                       E          : Semua politikus tidak curang
                       E          : Semua harimau tidak pemarah
                       A         : Semua harimau pemarah

3.      Opposisi Subalternasi
Hubungan yang terdapat antara proposisi universal (qadhiyah kulliyah) dan proposisi particular (           qadhiyah juziyyah) yang sama kualitasnya.
Jadi apabila proposisi itu berupa qodhiyah musyawarah (     juziyyah/kulliyah), maka tanaqudhnya cukup mengubah Sur-nya (kualitasnya). Jadi ialah hubungan antara proposisi A dan I serta E dan O.
Contoh:          A         : semua mahasiswa komplek c rajin
                       I           : sebagian mahasiswa komplek c rajin
                       E          : semua patriot tidak malas
                       O         : sebagian patriot tidak malas

4.      Opposisi Kontradiktaris
Yaitu pertentangan antara dua proposisi yang mempunyai predikat yang sama, tetapi berbeda kualitas dan kuantitasnya. Perbedaan kualitas adalah pertentangan antara sifat Afirmasi (mujabah) dan Negasi (salibah). Sedangkan perbedaan kuantitas adadlah pertentangan antara jumlah yaitu Universal (kulliyah) dan particular (juziyyah).
Jadi apabila proposisi itu berupa proposisi Universal Afirmatif (qadhiyah kulliyah salibah ), maka tanaqudhnya mesti berupa proposisi particular negative dan apabila proposisi itu berupa proposisi Universal Negatif, maka tanaqudhnya mesti berupa proposisi particular afirmasi(qadhiyah juziyyah salibah).
Jadi hubungan antara proposisi A dan O serta I dan E. Opposisi kontradiktari adalah bentuk opposisi yang sempurna dalam logoka.
Contoh:          A         : semua yang sukses rajin
                       O         : sebagian yang sukses tidak rajin
                       E          : semua yang soleh tidak pendengki
                       I           : sebagian yang soleh pendengki

5.      Hubungan independen (Tak bertautan)
Yaitu dua pernyataan mempunyai hubungan independen manakala keduanya menampilkan permasalahan yang sama sekali terpisah, serupa pernyataan berikut:
           Kuda Sumbawa kuat-kuat
           Pohon asam berakar tunggang
                       Semua kelinci adalah lemah
                       Semua kelinci pemakan daun-daunan
           Bahasa arab adalah sukar
           Logika adalah sukar
Hubungan independen mempunyai tabi’at: benar salahnya pernyataan pertama tidak dapat dipakai menentukan benar salahnya pernyataan yang lain, kebenaran pernyataan kuda Sumbawa kuat-kuat tidak dapat dipakai menentukan benar salahnya pernyataan pohon asam berakar tunggang, begitu pula sebaliknya

6.      Hubungan ekuivalen (persamaan)
Yaitu dua pernyataan mempunyai hubungan ekuivalen mana kala keduanya mempunyai makna yang sama, seperti:
           Semua besi adalah logam
           Sebagian logam adalah besi
                       Sebagian cendekiawan menjadi mentri
                       Sebagian cendekiawan bukan tak menjadi mentri
Hubungan ekuivalen mempunyai tabiat: benar salahnya pernyataan yang satu menentukan benar salahnya pernyataan yang lain. Dengan perkataan lain, bila pernyataan yang satu benar, maka benar pula pernyataan yang lain, bila pernyataan yang satu salah maka yang lain juga mengikutinya.
BAB III


PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tanaqud (opposisi) ialah pertentangan yang terdapat pada dua proposisi yang mempunyai subyek dan predikat yang sama tetapi beda dalam kuantitas atau kualitasnya, sehingga dapat menyebabkan yang lain benar dan yang lain salah.
OPPOSISI dalam logika itu bentuknya ada 4 (empat0, yaitu:
1.      Sub kontraris
2.      Kontraris
3.      Sub alternasi
4.      Kontradiktoris
Sedangkan dalam ilmu logika ada 6 dengan ditambah:
5.      Hubungan independen (tak bertautan)
6.      Hubungan ekuivalen (persamaan)
DAFTAR PUSTAKA
H.M.Fadhil Said An-Nadwi,2005, Pengantar Ilmu Mantiq, Al-HIDAYAH, Surabaya.
Drs. H. Mundiri, 2011, Logika, Raja Wali Pres. Jakarta.



[1] H.M.Fadhil Said An-Nadwi,2005, Pengantar Ilmu Mantiq, Al-HIDAYAH, Surabaya.
[2] Ibid
[3] Drs. H. Mundiri, 2011, Logika, Raja Wali Pres. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar