DAFTAR ISI
COVER
...................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang................................................................................................ 1
1.2.
Rumusan
Masalah........................................................................................... 2
1.3.
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
kedudukan
filsafat.......................................................................................... 3
2.2.
fungsi
dan tujuan filsafat dalam kehidupan.................................................... 6
BAB
III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
..................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi allah SWT, tuhan seluruh alam. sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, sahabat,dan para
pengikutnya yang setia.Berkat taufik dan hidayahnya, pada akhirnnya penulisan
dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul : kedudukan
fungsi dan tujuan filsafat dalam kehidupan.
Makalah
ini merupakan tugas yang kami kerjakan dalam rangka memenuhi tugas yang telah
diberikan dosen pengampu kepada pemakalah.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan di karenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis, akan tetapi merupakan suatu kewajiban penulis juga untuk menyampaikan terima kasih
terhadap semua pihak yang telah membantu makalah ini sehingga terselesaikannya
penulisan makalah ini.
Akhirnya, teriring do’a
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, oleh karenanya kritik
dan saran yang kami tunggu.semoga mendapatkan ridlo dan inayah-NYA Amiiin....
Gresik, 24 Januari
2013
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur
hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab,
yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan,
alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan:
Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat
hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru,
mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan
'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal,
baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus
membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang
secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang,
asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang
usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah
harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan
Tuhan.
Berbeda dengan pendapat
Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan
pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui,
tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan
memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup
secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara
baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi
manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika
(kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikatkeaslian).
1.2. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
kedudukan filsafat dalam kehidupan ?
2. Apa fungsi dan tujuan filsafat ?
1.3.. Tujuan Masalah
Tujuan yang
ingin dicapai oleh pemakalah dari materi inii antara lain ialah : Para
pendengar dan pembaca wabil khusus pemakalah sendiri dapat memahami dari
rumusan- rumusan masalah yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kedudukan filsafat
Kedudukan
filsafat sebagai asing atau sebagai alat saja jelas berkaitan dengan takrif
teologi. L. GARDET mendefinisikan teologi muslim sebagai apologi defensif.
Teologi hanya perlu diperhatikan sewaktu-waktu, yaitu bila dalil-dalil agama
diragukan oleh orang di dalam atau diserang dari luar . Karena itu AL-GHAZALI
memperbandingkan teologi dengan obat untuk orang sakit, bukan dengan gizi untuk
orang sehat. Pada ketika ajaran agama menjadi "quieta possessio"
(milik aman tak terancam) teologi dapat dibebastugaskan, seperti ditulis oleh
b. TAYMIAH. Definisi GARDET tersebut disetujui pada masa sekarang oleh FADLOU
SHEHADI, ISMAIL FAROUQI dan a. HANAFI (Pengantar theology Islam,
Yogyakarta 1967, 126-127).
Jadi terdapat
perbedaan besar dengan faham katolik yang mengharapkan dari "intellectus
quaerens fidem " (akal menyelidiki isi iman) suatu sumbangan
substansiil untuk integrasi akal dan iman dan pembinaan sintese teologis
spekulatif.
Karena syarat
untuk hidup filsafat dalam Islam itu, maka para filsuf harus merebut
kedudukannya oleh membenarkan diri sebagai pendukung, pembela dan juru
penerangan agama. Berkali-kali mereka mencoba hal itu, tetapi harapan tidak
dipenuhi dan hasil pikiran mereka ditampik sebagai tidak memenuhi syarat.
A.
Penolakan filsafat
Kontak pertama
dengan dinamik filsafat Yunani mengobar-ngobarkan semangat besar untuk berfilsafat
dan untuk memperluas cakrawala budi di luar batas-batas dari pelajaran hukum
(fiqh). Para peminat filsafat yang pertama belum menyusun sistem, hanya memetik
beberapa buah fikiran dari khazanah Yunani. Nafsu mereka untuk mengecap buah
terlarang itu mengakibatkan kecurigaan pada fihak fuqaha. Dalam dua pernyataan,
yang digabungkan dengan ahli fiqh ABU HANIF A (w. 767), yaitu FIQH AKBAR I dan
AL-WASIYAT, dirumuskan 37 fasal yang tidak boleh diganggu-gugat oleh kaum
filsuf . Gerakan MUTAZILA masuk lebih dalam istana filsafat. Maka dalam FIQH
AKBAR II, di mana pengaruh AL-ASH' ARI menampak ( ± 935), dikeluarkan
pernyataan resmi (29 fasal) yang membatasi penelitian bebas oleh kaum filsuf.
Gerakan
FALSAFAH hellenistis memperuncing ketegangan antara akal dan iman. Reaksi para
ulama berbentuk aneka warna. Dalam FIQH AKBAR III (abad XI) filsafat dalam 33
fasal ditolak sebagai bid'ah, kufurat, zandiq, mulhid, haram dan majuzi.
Al-Tahafut menghitamkan ajaran filsafat secara sistematis dan menyudahi
kegiatan filsafat di khalifat timur. Pada tahun 1196 Sultan ABU YUSUF AL-NASIR
melarang dengan keras pelajaran filsafat dalam seluruh daerah kekuasaannya di
barat. Perlawanan selanjutnya tampak dalam buku-buku seperti "Al-radd
ala'I-mantiq", karangan b. TAYMIAH (1300), "lbtal
al-falsafah" karangan b. KHALDUN (1400), yang dalam jadwal ilmu
pengetahuan mendaftarkan falsafat dalam golongan ilmu-ilmu tolol setingkat
dengan sihir, tenung, alkemi dan klenik (The Muqadimmah, terj. F. ROSENTHAL,
cet. 2, New York 1967, III 152-153; 246-258). Akhirnya terbitlah "Tahafut
al-falsafah", disusun oleh KHAJAZADAH atas perintah sultan Turki
Osmanli Mehmed Il (1451 -1481).
Betapa hebat
serangan anti filsafat itu dapat dimengerti dari fatwa seorang mu'allim di
madrasah Dar al-hadith di Dimashq, yaitu IBN AL-SALEH TAHI'UDDIN ABU AMR
'UTHMAN AL-KURDI AL-SHAH- RAZURI (1182 -1245), yang mengatakan: "Filsafat
merupakan pokok kebodohan dan penyelewengan, bahkan kebingungan dan kesesatan. Barangsiapa
yang berfilsafat, maka butalah hatinya dari kebajikan shari'at suci. Siapa
mempelajarinya, maka di diiringi kehinaan, tertutup bagi kebenaran dan tergoda
oleh setan Para ulama menyelami lautan kebenaran dan bahasan tanpa ilmu mantik
atau filsafat. Barangsiapa berpendapat bahwa kedua ilmu berfaedah, maka dia
telah dibujuk dan ditipu oleh setan. Para penguasa wajib memecat mereka dari
pengajaran dan memenjarakannya" (bdk. E I, III, 927; Hanafi, Pengantar
filsafat Islam OC. 27-28).
Suara peringatan seperti itu bernafas panjang dan bergema jauh.
MUH. ABDUH menasehati, agar madhhab filsafat berhenti bicara saja (Risalah
Tauhid, terj. H. FIRDAUS, Jakarta 1963, 80). H. MUNAWAR CHALIL menyerukan,
agar kaum muslim takut akan pemakaian akal, pikiran dan ra'y dalam urusan agama
(Kembali kepada al-Qur.an dan assunah, Jakarta 1956, 118-126). Filsafat
mengacaukan jalan pikiran benar (HAMKA, Pelajaran agama Islam, Jakarta
1956, 162-169). H. RASHIDI memasang rambu bahaya pada jalan filsafat; itulah
jalan ke kufurat (Penyuluh Agama, 1956, 17) dst.
B.
Pujian kepada
para filsuf kuno
Berselang-seling
dengan rambu "Awas Bahaya" dilihat juga tugu-tugu kenang-kenangan.
Sering dibaca sekarang, bahwa ummat Islam berhak membanggakan diri atas nilai
filsafat ajarannya dan atas para filsuf termashur yang lahir di tengah-tengah
mereka.
Mengenai ujud
pertama dibuktikan, bahwa pelaksanaan arkan al-islam menghasilkan manfaat
besar. Misalnya puasa berguna untuk kesehatan, sikap badan dalam salat
melemaskan sendi tulang dan memperpanjang usia, manasik haji mempererat ikatan
persaudaraan antara bangsa-bangsa dll. Hasil baik itu disebut hikmah atau
filsafat rukun (misalnya. H. ASHSHIDI- QY, Ideologi Islam, Medan, tt.).
Syukurlah bahwa hasil baik itu menyusul. Hanya saja sebaiknya tidak diberikan
predikat filsafat. Nama tepat untuk hal itu adalah: akibat pragmatis dari
kewajiban terhadap Tuhan.
Secara tidak
langsung filsafat dipuji oleh perbandingan antara alim ulama dahulu dengan
tokoh-tokoh filsafat baru. Misalnya: AL-GHAZALI disebut Kant atau Bergson
Islam; IQBAL dijuluki Descartes Islam; AL- ASH' ARI, Leibnitz Islam (bdk. Gema
Islam 2, 1962, 22; 3, 1962, 9-10). AL- GHAZALI juga digelari sebagai
Descartes daIi David Hume Islam (M. NAT- SIR, Capita Selecta, Jakarta
1957, 20, 179, 201). Perbandingan itu, bila dipikirkan dengan konsekwen, memuat
penilaian positif terhadap para filsuf kuno dan mengandung kemungkinan - siapa
tahu ? kehidupan kembali filsafat di dalam Islam.
2.2.
Fungsi dan tujuan
filsafat dalam kehidupan
Sebelum kami
membahas atau menguraikan fungsi dan tujuan filsafat dalam kehidupan, sedikit
kami paparkan atau kami uraikan terlebih dahulu tentang filsafat itu
sendiri,karna kita tidak akan mungkin bisa memahami fungsi dan tujuan filsafat
kalaukita belum memahami filsafat itu sendiri.
Menurut Harold
H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan
nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah
kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi danekspresi, maka tujuan
filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A.
Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana
menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan
kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu
kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat
di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya
dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia,
berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya
dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang
sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan
dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah
sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya
maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan,
menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan
keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang
menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak
ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya
maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk
membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual.
Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan
tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang
dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu
mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos
berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus
dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang
mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan,
yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikatkeaslian).
1. Aliran-aliran
dalam filsafat
Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat
sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika,
aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan.
a. Aliran-aliran
metafisika
Menurut
Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas
(sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c)
pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala
yang ada ini adalah esa (satu).
MenurutThales: air menurut Anaximandros:
'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian
bahwa unsure pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme
adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak.
Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah. Yang mengenai kualitas dibagi
juga menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat hakikat kenyataan itu
tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang
termasuk golongan pertama (tetap) ialah: " Spiritualisme, yakni aliran
yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh. " Materialisme, yakni
aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi. Yang termasuk
golongan kedua (kejadian) ialah: " Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan
bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum
sebab-akibat. " Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa
kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum
sebab-akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama. " Determinisme,
yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam
mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih
dahulu." Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia
itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya.
b.
Aliran-aliranetika
Aliran-aliran
penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.
1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.
2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang
berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan
'hedone' (kenikmatan dan kelazatan).
3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran
yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan
besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat).
4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang
menilai baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab
lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih
tinggi.
5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang
menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak
adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.
6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang
berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai
dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan).
c. Aliran-aliran
teori pengetahuan
Aliran
ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya
sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku.
Pertama,
golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke
dalamnya:" Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan
manusia ialah pikiran,rasio dan jiwa manusia." Empirisme, yaitu aliran
yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia,
dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya." Kritisisme
(transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia
itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri." Kedua,
golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya:
" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada." Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.
" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada." Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.
d. Aliran-aliran
lainnya dalam filsafat
Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak
aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran itu antara lain ialah:
1)
Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik
tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan
sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului
esensi.
2)
Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu
ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya
ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam
kehidupannya.
3)
Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk
mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika
kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
4)
Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya
semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa
yang dialami manusia.
5)
Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah
mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu
tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang
mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
2. Cabang- cabang dalam filsafat.
Pythagoras (572-497M) adalah filsuf
yang pertama kali menggunakan kata filsafat dia mengemukakan bahwa manusia
dapat dibagi kedalam tiga tipe; mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang
mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai kebijaksanaan.
DC. Mulder (pembimbing ke dalam ilmu
filsafat (1966:10) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teoritis tentang
susunan kenyataan sebagai keseluruhan. Setelah disusun itulah yang disebut
sistematika filsafat.
Filsafat terdiri atas tiga cabang
besar yaitu; ontologi, epistemology, dan aksiologi. Ketiga cabang itu
sebenarnya merupakan satu kesatuan.
- Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu
- Epistemology, cara memperoleh pengetahuan itu
- Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu
Kebijaksanaan
dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan.
Shopie mengandung arti yang lebih luas dari pada kebijaksanaan, yaitu; 1)
kerajinan, 2) kebenaran pertama, 3) pengetahuan yang luas, 4) kebajikan
intelektual; 5) pertimbangan yang sehat; 6) kecerdikan dalam memutuskan hal-hal
praktis. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang
intinya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence)
Plato (427-347
SM) mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran
absolut (keduanya sama dalam pandangannya), lewat dialektika. Sementara
Aristoteles (384-332SM) toko utama filosof klasik, menyatakan bahwa filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud.
A.
Fungsi mempelajari filsafat
Dari uraian tersebut orang bisa
menduga-duga tentang letak pentingnya mempelajari filsafat manusia
terutama dari peminat filsafat, mahasiswa dan sarjana yang berasal dari
berbagai disiplin non filsafat. Filsafat manusia menyoroti gejala dan kejadian
manusia secara sintesis dan reflektif, dan memiliki ciri-ciri ekstensif,
intensif dan kritis. Jika betul demikian, maka dengan mempelajari filsafat manusia
berarti kita dibawa di dalam suatu panorama pengetahuan yang sangat luas, dalam
dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti itu
mempunyai manfaat ganda yakni manfaat praktis dan teoritis.
Secara praktis filsafat manusia
bukan saja berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh,
melainkan juga untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri kita di dalam
pemahaman tentang manusia yang menjelaskan itu pemahaman yang demikian pada
gilirannya akan memudahkan kita dalam mengambil keputusan-keputusan praktis
atau dalam menjalankan berbagai aktivitas hidup sehari-hari, menentukan arah
dan tujuan hidup kita, yang selalu saja tidak gampang untuk kita tentukan
secara pasti dan seterusnya. Kepada kita pemahaman yang esensial tentang
manusia, sehingga pada gilirannya, kita bisa mampu secara kritis asumsi-asumsi
yang bersembunyi di balik teori yang di dalamnya terdapat ilmu-ilmu tentang
manusia. Manfaat hanya mempelajari filsafat manusia adalah mencari dan
menemukan jawaban tentang siapa sesungguhnya manusia itu.
Ø
Filsafat yang dapat diperoleh dalam
kehidupan antara lain adalah :
1.
filsafat
Sebagai dasar dalam bertindak.
2.
Filsafat
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.
Filsafat Untuk
mengurangi salah paham dan konflik.
4.
Filsafat Untuk
bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. hal ini penting
dilakukan untuk mengetahui peta polotik dunia.
B. Tujuan mempelajari filsafat
Dari uraian tersebut orang bisa menduga-duga
tentang letak pentingnya
mempelajari filsafat manusia terutama dari peminat filsafat,
mahasiswa dan sarjana yang berasal dari berbagai disiplin non filsafat. Filsafat
manusia menyoroti gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan reflektif,
dan memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis. Jika betul demikian,
maka dengan mempelajari filsafat manusia berarti kita dibawa di dalam suatu
panorama pengetahuan yang sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan
esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti itu mempunyai manfaat ganda yakni
manfaat praktis dan teoritis.
Secara praktis filsafat manusia
bukan saja berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh,
melainkan juga untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri kita di dalam
pemahaman tentang manusia yang menjelaskan itu pemahaman yang demikian pada
gilirannya akan memudahkan kita dalam mengambil keputusan-keputusan praktis
atau dalam menjalankan berbagai aktivitas hidup sehari-hari, menentukan arah
dan tujuan hidup kita, yang selalu saja tidak gampang untuk kita tentukan
secara pasti dan seterusnya. Kepada kita pemahaman yang esensial tentang
manusia, sehingga pada gilirannya, kita bisa mampu secara kritis asumsi-asumsi
yang bersembunyi di balik teori yang di dalamnya terdapat ilmu-ilmu tentang
manusia. Manfaat hanya mempelajari filsafat manusia adalah mencari dan
menemukan jawaban tentang siapa sesungguhnya manusia itu.
Ø Tujuan filsafat dalam kehidupan
diantara lain
1.
Untuk mengetahui hakekat sesuatu
2.
Untuk menamba wawasan atau ilmu
pengetahuan
3.
Untuk menamba keyakinan kita
terhadap apa yang telah kita ketahui atau segala sesuatu yang ada
4.
Untuk mengambarkan esessi manusia
5.
Dan lain sebagainya
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kedudukan
filsafat sebagai asing atau sebagai alat saja jelas berkaitan dengan takrif
teologi. L. GARDET mendefinisikan teologi muslim sebagai apologi defensif.
Teologi hanya perlu diperhatikan sewaktu-waktu, yaitu bila dalil-dalil agama
diragukan oleh orang di dalam atau diserang dari luar . Karena itu AL-GHAZALI
memperbandingkan teologi dengan obat untuk orang sakit, bukan dengan gizi untuk
orang sehat. Pada ketika ajaran agama menjadi "quieta possessio"
(milik aman tak terancam) teologi dapat dibebastugaskan, seperti ditulis oleh
b. TAYMIAH. Definisi GARDET tersebut disetujui pada masa sekarang oleh FADLOU
SHEHADI, ISMAIL FAROUQI dan a. HANAFI (Pengantar theology Islam,
Yogyakarta 1967, 126-127).
·
Penolakan
filsafat
Kontak
pertama dengan dinamik filsafat Yunani mengobar-ngobarkan semangat besar untuk
berfilsafat dan untuk memperluas cakrawala budi di luar batas-batas dari
pelajaran hukum (fiqh).
·
Pujian kepada
para filsuf kuno
Berselang-seling
dengan rambu "Awas Bahaya" dilihat juga tugu-tugu kenang-kenangan.
Sering dibaca sekarang, bahwa ummat Islam berhak membanggakan diri atas nilai
filsafat ajarannya dan atas para filsuf termashur yang lahir di tengah-tengah
mereka.
Fungsi Filsafat yang
dapat diperoleh dalam kehidupan antara lain adalah :
Ø
filsafat Sebagai dasar dalam
bertindak.
Ø
Filsafat Sebagai dasar dalam
mengambil keputusan.
Ø
Filsafat Untuk mengurangi salah
paham dan konflik.
Ø Filsafat
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. hal ini penting dilakukan untuk mengetahui
peta polotik dunia.
Tujuan filsafat
dalam kehidupan diantara lain :
Ø Untuk
mengetahui hakekat sesuatu
Ø Untuk
menamba wawasan atau ilmu pengetahuan
Ø Untuk
menamba keyakinan kita terhadap apa yang telah kita ketahui atau segala sesuatu
yang ada
Ø Untuk
mengambarkan esessi manusia
Ø Dan
lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Inu Syafiie Kencana, pengatar filsafat, Bandung,
PT.Repika Aditama, Cet ke-3, 2010
Drs.Salam Burhanuddin,Pengantar
Filsafat,PT.Bumi Aksara,Jakarta,2012.
Ahmad Tafsir Filsafat Umum, (Bandung, 1990).
Kattasoff
.O Louis,2004. Pengantar filsafat, Yogyakarta :Tiara Wacana
Suhartono
Suparlan, 2005. Filsafat Ilmu pengetahuan. Jogjakarta :AR-RUZZ MEDIA 194
Louis o.
Kattasoff,2004,pengantar filsafat,Tiara Wacana,Yogyakarta,Hal:186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar