Sabtu, 16 Maret 2013

ILMU BALAGHOH ISTIFHAM, TAMANI, NIDA"



.1. Telaah Istifham
            Istifham adalah mencari pengetahuan tentang  sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Adatul istifham itu banyak sekali, diantaranya adalah hamzah dan hal. Hamzah digunakan untuk mencari pengetahuan tentang dua hal :
a.       Tashawwur, yaitu gambaran tentang mufrad. Dalam hal ini hamzah langsung diiringi dengan hal yang ditanyakan dan umumnya hal ditanyakan ini mempunyai bandingan yang disebut setelah lafad am.
b.      Tashdiq, yaitu gambaran tentang nisbah, dalam hal ini bandingan perkara yang ditanyakan tidak dapat disebutkan. Hal digunakan untuk memintak tentang tashdiq, tidak ada yang lain, dan tidak boleh menyebut bandingan perkara yang ditanyakan dengan hal.
Adatul istifham selain hamzah dan hal adalh sebagai berikut :
1.      من ( man ) untuk menanyakan keterangan makhluk yang berakal.
Contoh : من اختلط القاهرة
2.      ما ( maa) untuk menanyakan keterangan nama atau hakekat sesuatu yang bernama.
Contoh : ما الكرى
3.      متى ( mataa) untuk menanyakan keterangan waktu, baik yang lau atau yang akan datang.
Contoh : متى تو الخلافة عمر
4.      ايان  ( ayyaana ) untuk menanyakan keterangan waktu yang akan datang secara khusus dan menunjukan kegirangan.
5.                  كيف  ( kaifa ) untuk menanyakan keterangan keadaan.
6.      اين ( aina ) untuk menanyakan keterangan tempat.
7.      انى ( annaa ) mempunyai tiga makna, yaitu bagaimana, dari mana dan kapan.
8.      كم  ( kam ) untuk menanyakan keterangan jumlah.
9.      اي ( ayyum ) untuk menanyakan keterangan salah satu dari dua hal yang berserikat dalam suatu perkara dan untuk menanyakan tentang waktu, tempat keadaan, bilangan, makhluk berakal dan makluk yang tidak berakal, sesuai dengan lafaz yang disandarinya.
Kadang-kadang redaksi istifham itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat. Makna yang lain tersebut adalah nafyi ( meniadakan ), inkar, taqrir ( penegasan ), taubih ( celaan ),. Ta’zim ( mengagungkan/ membesar-besarkan), tahqir (menghina ), istibtha ( melemahkan ), ta’ajjub ( keheranan ), tasywiriyah (menyamakan), tamanni ( harapan yang mustahil tercapai ), dan tasywiq (merangsang ).
2.2.  Telaah  Tamanni
            Tamanni adalah mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diharapkan keberhasilannya, baik karna memang perkara itu mustahil terjadi, atau mungkin terjadi namun tidak dapat diharapkan tercapainya.
            Kata-kata yang dipergunakan untuk tamanni adalah laita, dan kadang-kadang dipakai juga kata-kata hal, lau, dan la’alla atas dasar tujuan balaghoh. Bila perkara yang menyenangkan itu dapat diharapkan tercapainya, maka pengharapan itu disebut tarajji. Kata yang dipergunakan untuk makna tarajji adalah la’alla dan ‘asaa. Kadang-kadang dipakai juga kata laita atas dasar pertimbangan makna balaghoh.
            Contoh-contoh tamanni diantaranya :
a.      ( فهل لنا من  ………………..(الاعراف : 53
b.    ياليت لنا مثل ما اوتي قاروون  ......:( القصص : 79 )
c.     فلو ان لنا كرة فنكون من المؤمنين ( الشعراء 102) 

2.3. Telaah Nida’ ( seruan )
            Nida’ adalah menghendaki menghadapnya seseorang dengan mengunakan huruf yang mengantikan lafazd ادعو.
            Huruf-huruf nida’ itu ada delapan :  ءا (       hamzah), اءي ( ay ), يا   ( yaa) , ا ( aa ), اي( aay ), اياء ( ayaa ), هيا ( hayaa ), dan وا ا( waa ).
            Hamzah dan ay untuk memanggil munada yang dekat, sedangkan huruf nida’ yang lain untuk memangil munada yang jauh.
            Kadang-kadang munada yang jauh dianggap sebagai munada  dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida’ hamzah dan ay. Hal ini merupakan isyarat atas dekatnya dalam hati orang yang memanggilnya. Dan kadang-kadang munada yang dekat di anggap sebagai munada yang jauh, lalu dipanggil dengan huruf nida’ selain hamzah dan ay. Hal ini sebagai isyarat atas ketinggian derajat munada, atau kerendahan derajatnya, atau kelalaian kebekuhan hatinya. 
            Kadang – kadang nida’ dapat menyimpan dari maknanya yang asli  kepada makna yang lain, dan hal ini dapat diketahui melalui karinah, seperti sebagai teguran, untuk menyatakan kesusahan, dan untuk menghasut.
            Contoh- contoh nida’ :
1.    ءاي بني ءاعد علي ما سمعت مني
2.    يامنيرجى للشدائد كلها # فافهم فءان العاقل المتاءب
3.    وءاتعب نفسه فيما سيفنى # وجمع من حرام ءاو حلال
 





BAB III
PENUTUP
3.1.   Kesimpulan
Istifham adalah mencari pengetahuan tentang  sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Adatul istifham itu banyak sekali, diantaranya adalah hamzah dan hal.
       Huruf- istifham , ايا نHamzah , متى , كيف  ,  ما , من ,  اين dan Hal.
       Tamanni adalah mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diharapkan keberhasilannya, baik karna memang perkara itu mustahil terjadi, atau mungkin terjadi namun tidak dapat diharapkan tercapainya.
       Kata-kata yang dipergunakan untuk tamanni adalah laita, dan kadang-kadang dipakai juga kata-kata hal, lau, dan la’alla atas dasar tujuan balaghoh. Bila perkara yang menyenangkan itu dapat diharapkan tercapainya, maka pengharapan itu disebut tarajji. Kata yang dipergunakan untuk makna tarajji adalah la’alla dan ‘asaa. Kadang-kadang dipakai juga kata laita atas dasar pertimbangan makna balaghoh.
       Nida’ adalah menghendaki menghadapnya seseorang dengan mengunakan huruf yang mengantikan lafazd ادعو.
       Huruf-huruf nida’ itu ada delapan :  ءا (            hamzah), اءي ( ay ), يا   ( yaa) , ا ( aa ), اي( aay ), اياء ( ayaa ), هيا ( hayaa ), dan وا ا( waa ).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar