.1. Telaah
Istifham
Istifham adalah mencari pengetahuan
tentang sesuatu yang sebelumnya tidak
diketahui. Adatul istifham itu banyak sekali, diantaranya adalah hamzah dan
hal. Hamzah digunakan untuk mencari pengetahuan tentang dua hal :
a.
Tashawwur, yaitu gambaran tentang mufrad. Dalam hal ini hamzah
langsung diiringi dengan hal yang ditanyakan dan umumnya hal ditanyakan ini
mempunyai bandingan yang disebut setelah lafad am.
b.
Tashdiq, yaitu gambaran tentang nisbah, dalam hal ini bandingan
perkara yang ditanyakan tidak dapat disebutkan. Hal digunakan untuk memintak
tentang tashdiq, tidak ada yang lain, dan tidak boleh menyebut bandingan
perkara yang ditanyakan dengan hal.
Adatul istifham selain hamzah dan hal adalh sebagai berikut :
1.
من ( man ) untuk menanyakan keterangan makhluk
yang berakal.
Contoh
: من اختلط
القاهرة
2.
ما ( maa) untuk menanyakan keterangan nama atau hakekat sesuatu
yang bernama.
Contoh
: ما الكرى
3.
متى ( mataa) untuk menanyakan keterangan waktu, baik yang lau atau
yang akan datang.
Contoh
: متى تو الخلافة
عمر
4.
ايان ( ayyaana ) untuk menanyakan keterangan waktu yang akan datang secara khusus
dan menunjukan kegirangan.
5.
كيف ( kaifa ) untuk
menanyakan keterangan keadaan.
6.
اين ( aina ) untuk menanyakan keterangan tempat.
7.
انى ( annaa ) mempunyai tiga makna, yaitu bagaimana, dari mana dan
kapan.
8.
كم ( kam ) untuk menanyakan keterangan jumlah.
9.
اي ( ayyum ) untuk menanyakan keterangan salah satu dari dua hal
yang berserikat dalam suatu perkara dan untuk menanyakan tentang waktu, tempat
keadaan, bilangan, makhluk berakal dan makluk yang tidak berakal, sesuai dengan
lafaz yang disandarinya.
Kadang-kadang redaksi istifham itu keluar dari makna aslinya kepada
makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat. Makna yang lain
tersebut adalah nafyi ( meniadakan ), inkar, taqrir ( penegasan ), taubih (
celaan ),. Ta’zim ( mengagungkan/ membesar-besarkan), tahqir (menghina ),
istibtha ( melemahkan ), ta’ajjub ( keheranan ), tasywiriyah (menyamakan),
tamanni ( harapan yang mustahil tercapai ), dan tasywiq (merangsang ).
2.2. Telaah Tamanni
Tamanni adalah mengharapkan sesuatu
yang tidak dapat diharapkan keberhasilannya, baik karna memang perkara itu
mustahil terjadi, atau mungkin terjadi namun tidak dapat diharapkan
tercapainya.
Kata-kata yang dipergunakan untuk
tamanni adalah laita, dan kadang-kadang dipakai juga kata-kata hal,
lau, dan la’alla atas dasar tujuan balaghoh. Bila perkara yang
menyenangkan itu dapat diharapkan tercapainya, maka pengharapan itu disebut
tarajji. Kata yang dipergunakan untuk makna tarajji adalah la’alla dan
‘asaa. Kadang-kadang dipakai juga kata laita atas dasar
pertimbangan makna balaghoh.
Contoh-contoh tamanni diantaranya :
a.
( فهل لنا من ………………..(الاعراف : 53
b.
ياليت لنا مثل ما اوتي قاروون ......:( القصص : 79 )
c.
فلو ان لنا كرة
فنكون من المؤمنين ( الشعراء 102)
2.3. Telaah Nida’ ( seruan )
Nida’
adalah menghendaki menghadapnya seseorang dengan mengunakan huruf yang
mengantikan lafazd ادعو.
Huruf-huruf nida’ itu ada delapan : ءا ( hamzah), اءي ( ay ), يا
( yaa) , ا ( aa ), اي(
aay ), اياء ( ayaa ), هيا ( hayaa ), dan وا ا( waa ).
Hamzah dan ay untuk memanggil munada yang dekat, sedangkan huruf
nida’ yang lain untuk memangil munada yang jauh.
Kadang-kadang munada yang jauh dianggap sebagai munada dekat, lalu dipanggil dengan huruf nida’
hamzah dan ay. Hal ini merupakan isyarat atas dekatnya dalam hati orang yang
memanggilnya. Dan kadang-kadang munada yang dekat di anggap sebagai munada yang
jauh, lalu dipanggil dengan huruf nida’ selain hamzah dan ay. Hal ini sebagai
isyarat atas ketinggian derajat munada, atau kerendahan derajatnya, atau
kelalaian kebekuhan hatinya.
Kadang – kadang nida’ dapat menyimpan dari maknanya yang asli kepada makna yang lain, dan hal ini dapat
diketahui melalui karinah, seperti sebagai teguran, untuk menyatakan kesusahan,
dan untuk menghasut.
Contoh- contoh nida’ :
1.
ءاي بني ءاعد علي ما سمعت مني
2.
يامنيرجى للشدائد
كلها # فافهم فءان العاقل المتاءب
3.
وءاتعب نفسه فيما سيفنى # وجمع من حرام ءاو حلال
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Istifham
adalah mencari pengetahuan tentang
sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Adatul istifham itu banyak
sekali, diantaranya adalah hamzah dan hal.
Huruf- istifham , ايا نHamzah , متى
, كيف , ما , من , اين dan
Hal.
Tamanni adalah
mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diharapkan keberhasilannya, baik karna
memang perkara itu mustahil terjadi, atau mungkin terjadi namun tidak dapat
diharapkan tercapainya.
Kata-kata yang
dipergunakan untuk tamanni adalah laita, dan kadang-kadang dipakai juga
kata-kata hal, lau, dan la’alla atas dasar tujuan balaghoh. Bila
perkara yang menyenangkan itu dapat diharapkan tercapainya, maka pengharapan
itu disebut tarajji. Kata yang dipergunakan untuk makna tarajji adalah la’alla
dan ‘asaa. Kadang-kadang dipakai juga kata laita atas
dasar pertimbangan makna balaghoh.
Nida’ adalah
menghendaki menghadapnya seseorang dengan mengunakan huruf yang mengantikan
lafazd ادعو.
Huruf-huruf nida’ itu
ada delapan : ءا ( hamzah), اءي ( ay
), يا
( yaa) , ا ( aa ), اي(
aay ), اياء ( ayaa ), هيا ( hayaa ), dan وا ا( waa ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar