Jumat, 01 Maret 2013

FILSAFAT ILMU SEBAGAI PROSES, PROSEDUR,PRODUK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
       Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.
       Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
       Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu  kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan  kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
       Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses pendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.
1.2.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sifat-sifat ilmu pengetahuan ?
2.      Apa yang dimaksud filsafat ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk ?
1.3.  Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai oleh pemakalah dari materi ini antara lain ialah : Para pendengar dan pembaca wabil khusus pemakalah sendiri dapat memahami dari rumusan- rumusan masalah yang ada.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sifat-sifat Ilmu Pengetahuan
       Sejarah membuktikan, bahwa dengan metode ilmu, akan membawa manusia kepada kemajuan dalam pengetahuannya. Kemajuan dalam pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu itu memungkinkan, karena beberapa sifat, atau cirri khas yang dimiliki oleh ilmu.
       Dalam hal ini, Randall mengemukakan beberapa ciri umum daripada ilmu, di antaranya ialah:
  1. Hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama. Artinya, hasil daripada ilmu yang telah lalu dapat dipergunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal-hal yang baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja, setiap orang dapat menggunakan, memanfaatkan hasil penyelidikan atau hasil penemuan orang lain.
  2. Hasil ilmu, kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karena yang menyelidikinya adalah manusia. Namun yang perlu diketahui, kesalahan-kesalahan itu bukan karena metodenya, melainkan terletak pada manusia yang menggunakan metode tersebut.
  3. Ilmu itu objektif, artinya prosedur cara penggunaan mtode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakannya, tidak tergantung kepada pemahaman secara pribadi. Berbeda dengan prosedur otoritas dan intuisi, yang tergantung kepada pemahaman secara pribadi.
            Selanjutnya, Ralph Ross dan Ernest Van den Hagg yang disunting oleh Prof. Drs. Harsojo, mengemukakan ciri-ciri umum daripada ilmu, yaitu:
  1. Bahwa ilmu itu rasional
  2. Bahwa ilmu itu Bersifat empiris
  3. Bahwa ilmu itu Umum
  4. Bahwa ilmu itu Akumulatif
       Ilmu dikatakan rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal, atau hasil berpikir secara rasional. Pada umumnya, orang-orang menggolongkan filsafat itu pasti ke dalam ilmu-ilmu pengetahuan.   Walaupun filasafat iu muncul sebagai salah satu ilmu pengetahuan, akan tetapi ia mempunyai struktur tersendiri dan tidak dapat begitu saja dianggap sebagai “ilmu pengetahuan”. Tentu saja sedikit banyak bagi setiap ilmu pengetahuan berlaku, bahwa ilmu itu mempunyai struktur dan karakteristik tersendiri. Studi tentang ilmu kedokteran adalah sesuatu yang berbeda sekali dengan sejarah kesenian, dan ilmu pasti/matematika sesuatu yang berlainan sekali dengan ilmu pendidikan. Akan tetapi untuk filsafat, hal yang “tersendiri” ini berlaku dengan cara yang dasarnya lain[1].

2.2.  Filsafat Ilmu Sebagai Proses, prosedur dan produk
       Sebelum kami membahas atau menguraikan filsafat ilmu sebagai proses sedikit kami paparkan atau kami uraikan terlebih dahulu tentang filsafat itu sendiri,karna kita tidak akan mungkin bisa memahami filsafat ilmu sebagai proses, prosedur dan produk, kalau kita belum memahami filsafat itu sendiri.
       Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi danekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
       Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.          Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan ‘nation’, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
       Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi para ilmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
       Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikatkeaslian).
       Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1.    Filsafat ilmu sebagai proses  merupakan aktivitas penelitian yang dilakukan berdasarkan pemikiran secara matang dan diarahkan pada pencapaian tujuan, yaitu:
a.          Mencapai kebenaran;
b.         Dapat dipergunakan untuk menjelaskan
c.          Dapat dipergunakan untuk memprediksi
d.         dapat dipergunakan mengendalikan.
2.    Filsafat ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah.
3.    Filsafat ilmu sebagai produk adalah pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yang mencakup:
a.      Jenis-jenis sasaran b. bentuk-bentuk pernyataan c. Ragam-ragam proposisi d. ciri-ciri pokok e. Pembagian secara sistematis























BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
       Sejarah membuktikan, bahwa dengan metode ilmu, akan membawa manusia kepada kemajuan dalam pengetahuannya. Kemajuan dalam pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu itu memungkinkan, karena beberapa sifat, atau cirri khas yang dimiliki oleh ilmu.
       Filsafat ilmu sebagai proses  merupakan aktivitas penelitian yang dilakukan berdasarkan pemikiran secara matang dan diarahkan pada pencapaian tujuan, yaitu:
a.    Mencapai kebenaran
b.    Dapat dipergunakan untuk menjelaskan
c.    Dapat dipergunakan untuk memprediksi
d.   Dapat dipergunakan mengendalikan.
       Filsafat ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah.
       Filsafat ilmu sebagai produk adalah pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yang mencakup:
a.    Jenis-jenis sasaran b. bentuk-bentuk pernyataan c. Ragam-ragam proposisi d. ciri-ciri pokok e. Pembagian secara sistematis

 
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Susanto Ahmad, M.Pd, , filsafat ilmu, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Inu Syafiie Kencana, , pengatar filsafat, PT.Repika Aditama ,Bandung
Drs.Salam Burhanuddin, 2012.Pengantar Filsafat,PT.Bumi Aksara,Jakarta
Ahmad Tafsir 1990.Filsafat Umum, Bandung
Kattasoff .O Louis,2004. Pengantar filsafat,:Tiara Wacana , Yogyakarta
Suhartono Suparlan, 2005. Filsafat Ilmu pengetahuan.:Ar-Ruzz Media 194 Jogjakarta
Louis o. Kattasoff,2004, pengantar filsafat,Tiara Wacana,Yogyakarta










[1] Burhanuddin Salam, Pengantar filsafat, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2005) hal.23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar