A. Pendahuluan
Shalat merupakan salah
satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik
bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua
setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah
shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama
(Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama
(Islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan
tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain
shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.
Shalat juga merupakan
rangkaian ibadah yang memiliki keteraturan yang sangat istimewa. Bagi seorang
muslim shalat adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan
petunjuk alqur`an dan hadits. Didalam ibadah ini berlngsung komunikasi ruhiah
antara muslim dan penciptanya secara langsung tanpa tabir apapun. Suatu bentuk
dialaog ruh yang menempati jasmanai dan dzat yang maha tinggi. Setiap muslim
yang menyadari rahasia shalat merasakan hubungan harmonis ini sebagai kebutuhan
yang harus dipenuhi, sama halnya dengan makan. Setiap manusia butuh makan untuk
memfungsikansemua organ didalam diri jasmania. Begitu juga halnya dengan shalat
yang memeberikan “makanan”yang dibutuhkan manusia untuk memfungsikan organ
ruhiah.
Hampir setiap muslim
dapat merasakan bahwa shalat yang dilakukan secara asal-asalan hanya sekedar
menggugurkan kewajiban, tidak akan pernah bias memebentuk jati diri yang
teratur, seimbang dan memiliki hubungan yang harmonis dengan dirinya sendiri,
lingkunganya dan illahnya. Dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya, ibadah
shalat mempunyai kedudukan khusus dalam islam. Allah SWT memuji hambanya yang
mukmin yang senantiasa menjaga waktu shalatanya berulang-ulang disebutkan dalam
firmanNya tentang orang-orang yang mendirikan sholat dan yang selalu menjaga
waktu shalat. Lebih lanjut dalam Al Quran dijelaskan bahwa dengan melakukan
shalat secara teratur, manusia dapat memebersihkan dirinya secara jasmani
maupun rohani dari pelbagai hal yang dapat berpengaruh sangat besar dalam
kehidupan sehari-harinya. Kebersiahn jasmani tersirat dalam ayat-ayat berikut.
“ dan pakaianmu bersihkanlah.” (Qs. Al Muddatsir 74 :4). Sedangkan kebersiahan ruhani yang terungkap
dalam perbuatan, diungkapkan oleh ayat berikut:
“ Bacalah apa yang
telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Qur`an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain), Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al
Ankabut 29:45).
Namun tentu saja
shalat yang memberikan efek yang sebesar itu buakn sembarang shalat. Shalat
yang memberikan manfaat hanyalah shalat yang khusuk. Allah SWT berfirman dalam
AlQur`an tentang pentingya Shalat Khusyuk: “ sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya. (QS: Al Mu`minun 23 : 1, 2 dan 9).
Disamping itu banyak hadits yang mengungkapkan betapa pentingnya ibadah shalat.
“ pokok amal ibadah islam, dan tiang-tiangnya adalah shalat, serta puncaknya
adalah jihad. (HR. Tirmidzi)[1].
Untuk membatasi
bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang
shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Secara etimologi
shalat berarti do’a dan secara terminologi syara para ahli fiqih mengartikan
secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya
kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan (Sidi
Gazalba,88)
Adapun secara hakikinya ialah berhadapan
hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta
menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau
“mendhahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan
perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59)
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30) adapun secara umum shalat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan sesuai dengan tuntunan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW hal ini sesuai dengan sabda beliau “Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat “.(HR.Bukhari, Muslim dan Abu daud).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30) adapun secara umum shalat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan sesuai dengan tuntunan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW hal ini sesuai dengan sabda beliau “Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat “.(HR.Bukhari, Muslim dan Abu daud).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.
C. Sejarah Dan Dalil Tentang Kewajiban Shalat
Perintah tentang diwajibkannya
mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah
mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan
oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini tidak
dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam
sejarah digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam
ketika itu terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang-terangan menolak kebenarannya
itu, yang setengah-tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari
prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu
mengerjakan shalat dapat menentukan amal-amal yang lainnya, dan mendirikan
sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya
b. Dalil-Dalil Tentang Kewajiban Shalat
Firman Allah Dalam Surat Al-Baqarah: 43
وَاَقِيْمُوْ الصَّلَىةَ وَآتُوْ الزَّكَوةَوَارْكَعُوْامَعَ الرَّاكِعِيْنَ
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku
Firman Allah Dalam Surat Al-Baqarah 110
وَاَقِيْمُوْ الصَّلَوْةَ وَآتُوْالزَّكَوةَ وَمَاتُقَدِّمُوْا لاَِنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدُاللهِط اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan
Firman Allah dalam Al-Ankabut : 45
وَاَقِيْمِ الصَّلَوةَ اِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرَ
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar.
Firman Allah dalam Surat An-Nuur: 56
Dari dalil-dalil
Al-Qur'an di atas tidak ada kata-kata perintah shalat dengan perkataan
“laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari unsur kata-kata
melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka yang
Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar.
Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur
batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan
berbuat jahat. Serta masih terdapat banyak lagi dalil alquran yang membahs
mengenai shalat.
D. Batas Waktu dalam Shalat Fardlu
Pembahasan waktu ini dibagi dua yakni
waktu longgar dan waktu pilihan
1. Shalat Dzuhur
1. Shalat Dzuhur
Para fuqaha mufakat bahwa Waktunya: dimulai
ketika matahari mulai condong ke arah Barat hingga bayangan suatu benda menjadi
sama panjangnya dengan benda tersebut. Dan para fuqaha Juga berpendapat bahwa
permulaan waktu shalat dhuhur yang sebelum masuk waktunya tidak boleh melakukan
shalat adalah ketika tergelincirnya matahari (zawal), kecuali pendapat yang
diriwayatkan oleh ibnu abbas yang menyendiri dan beberapa pendapat mengenai
waktu shalat jum`at.
2. Shalat Ashar
Waktunya: sejak habisnya waktu dhuhur
hingga terbenamnya matahari.
3. Shalat Magrib
Waktunya: sejak terbenamnya matahari di
ufuk barat hingga hilangnya mega merah di langit.
4. Shalat Isya’
Waktunya: sejak hilangnya mega merah di
langit hingga terbit fajar.
5. Shalat Shubuh
Para Fuqaha telah mufakat bahwa Waktunya
: sejak terbitnya fajar (shodiq hingga terbit matahari).[2]
Psikoterapi dalam
waktu Shalat
Waktu-waktu shalat mengajarkan kepada kita untuk selalu
menghargai waktu dan hidup sesuai alam semesta. Waktu waktu dan hidup sesuai
dengan siklus alam semesta. Waktu-waktu yang kita lakukan sangat sesuai dengan
kaidah dan ketentuan system terapi dalam ilmu kesehatan china. Dijelaskan bahwa
ada hubungan kosmis antara tubuh manusia
dengan alam sekitarnya, termasuk hubungan medan magnetis antara Bumi,
manusiqa dan langit.
Dengan
adanya medan energi dan medan magnetis manusia dengan alam sekitarnya,
trjadilah system sirkulasi yang seimbang . dan waktu-waktu terapi pun
disesuaikan dengan interaksi antara organ manusia dengan alam, sesuai dengan
kadar medan energi alam dan medan magnetis alam terhadap beberapa organ
internal manusia. Ada baiknya kita tinjau kembali secara singkat manfaat setiap
shalat, dan kita tinja sebagai sebuah rangkaian yang utuh sehingga kita
mendpatkan gambaran yang lebih lengkap.
a)
Shalat Shubuh: Terapi Paru-Paru. Shalat ini dilakukan
pada pagi hari.mafaatnya berhubungan dengan paru-paru, sebab kita
menghirupuadara bersih, oksigen yang masih segar. darah mengambil “bahn bakr”
yang masih baru dan bersih.
b)
Shalat Dhuhur : Terapi Jantung
Shalat ini dilakukan saat udar sudah
panas, sehingga meningkatkan emosi kita. Ini karena pada saat itu kerja jantung
mencapai puncaknya. Dengan shalat dan dipadukan dengan basuhan air dingin saat
wudhu kita menurunkan hawa panas jantung
sehingga kembali stabil.
c)
Shalat Ashar: Terapi Kandung Kemih
Waktu yang menjadi pembatas siklus
hawa udara dari panas menuju dingin. Bagi organ tubuh manusia ini adalah masa
untuk membuang sisa(racun) yang diakibatkan proses kimiawi di dalam tubuh yang
berlangsung selama aktivitas sepanjang siang.[3]
d)
Shalat maghrib: Terapi Ginjal
Karena setelah hawa udara (suhu)
semakin menurun, sistem ginjal juga mulai menyesuaikan diri dengan energi (Chi)
disekitarnya pada waktu maghrib, mulai terjadi penurunan aktivitas dan tubuh
kita menyesuaikan diri dengan hawa disekitarnya yang semakin mendingin. Dengan
melakukan gerakan-gerakan shalat, energy panas (Yang[4]) dalam tubuh selalu terjaga agar
tetap seimbang.
e)
Shalat isya’: Terapi Prikardium
Shalat ini dilakukan setelah habis
waktu Maghrib hingga menjelang shubuh. Pada saat ini dimulaialah sistem
penurunan kerja organ internal yang telah digunakan dalam aktivitas sehari.
Seluruh tubuh memasuki masa istirahat. Terutama pada kerja jaringan yang
digunakan untuk bergerak dan berfikir. Waktu ini juga disebut sebagai waktu
relaksasi, pengenduran dan penormalan organ, jaringan otot system syaraf dan
sebagainya. Gerakan-gerakan shalat mendukung kerja pericardium yang membuang kelebihan energy
dari jantung. Dengan dilepaskannya energy secara alamiah, terciptalah
stabilitas tungkat energy jantung sehingga proses istirahat tubuh menjadi
sempurna[5].
E. Beberapa Pelajaran Dan Kewajiban Shalat
a. Shalat Merupakan Syarat Menjadi
Takwa
Taqwa merupakan hal yang penting dalam
Islam karena dapat menentukan amal atau tingkah laku manusia, orang-orang yang
betul-betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan
sebaliknya. Salah satu persyaratan orang-orang yang betul betul taqwa ialah
diantaranya mendirikan shalat. Serta dijadikan shalat sebagai salah satu dari
sifat-sifat yang amat luhur bagi orang-orang taqwa, yang mengiringi sifat
beriman kepada yang ghaib.[6]
b. Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan
Shalat merupakan
benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan
munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin efektiflah benteng
kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan maksiat. Shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu tidak akan
ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat,
merampok dan sebagainya. Akan tetapi sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat
tetapi tetap berbuat maksiat Atau yang orang jawa bilang STMJ (Shalat Terus
Maksiat Jalan), tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan
dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut: 45
“Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al Ankabut : 45)
c. Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan
Jujur
Dengan mendirikan
shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik
apabila dilaksanakan dengan khusuk. Banyak yang celaka bagi orang-orang yang
shalat yaitu mereka yang lalai shalat selain mendidik perbuatan baik juga dapat
mendidik perbuatan jujur dan tertib. Mereka yang mendirikan tidak mungkin
meninggalkan syarat dan rukunnya, karena apabila salah satu syarat dan rukunnya
tidak dipenuhi maka shalatnya tidak sah (batal)
d. Shalat Akan membangun etos kerja
Sebagaimana
keterangan-keterangan di atas bahwa pada intinya shalat merupakan penentuan apakah
orang-orang itu baik atau buruk, baik dalam perbuatan sehari-hari maupun
ditempat mereka bekerja. Apabila mendirikan shalat dengan khusyu’ maka hal ini
akan mempengaruhi terhadap etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau
tidak jujur dalam melaksanakan tugas
F. Esensi Shalat Dalam Islam.
Shalat
yang dikehendaki islam, bukanlah semata-mata sejumlah bacaan yang diucapkan
oleh lisan, sejumlah gerakan yang dilakukan oleh anggota badan tanpa disertai
kesadaran akal dan kekhusyukan hati. Bukan pula shalat yang dikerjakan oleh
seseorang yang disaat sujud bagaikan ayam mematukkan paruhnya, disaat rukuk
bagaikan gagak menyambar mangsanya. Dan disaat salam bagaikan serigala
memalingkan wajahnya. Bukan tapi shalat yang diterima adalah shalat yang
terpenuhi ketentuan-ketetuannya. Berupa perhatikan pikirannya, kekhusyukan hatinya
dan kehadiran keagungan dzat Allah yang mah luhur dan maha mulia seolah-olah
berada dihadapannya. Sebab tujuan shalat adalah agar manusia selalu ,mengingat
tuhannya yang maha tinggi tuhan yang telah menciptakan dirinya lalu
menyempurnakannya, telah mengatur kadarnya lalu memimpinnya. Semua itu imbauan
tentang betapa pentingnya kehadiran hati dalam melaksanakan shalat. Adapun
tentang pentingnya kehadiran dalam shalat maka kita pahami dari firman Allah
berikut ini:
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[7],
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau
sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pema'af lagi Maha Pengampun”.(QS. An Nisa`:43).
Dari latar belakang larangan
melakukan shalat bagi orang yang mabuk itu, terkandung imbauan tentang
keharusan hadirnya akal atau kesadaran, dalam melaksanakan shalat sungguh,
betapa banyak orang yang melakukan shalat ia tidak mengerti apa yang
dikatakannya dalam shalat. Benar ia tidak mabuk karena minum khamar, tapi ia
telah dimabukkan oleh kebodohan, kelalaian, cinta dunia dan memperturutkan hawa
nafsunya.[8] Ibnu abbas
Berkata : “ Dua rakaat yang dilakukan dengan senang dan penuh kesadaran adalah
lebih baik dari shalat malam yang sebelas rakaat tapi dengan hati yang lalai.”
Inilah shalat yang menjadi
kecintaan Rasulullah SAW menyejukkan matanya, menyenangkan hatinya, dan pelipur
lara gundah-gulananya. Beliau pernah berkata pada Bilal, sahabat kesayangannya
“ Kami terhibur dengannya!”. Karena sunnguh begiru jelas bedanya, antara shalat
yang dikerjakan oleh orang yang mengatakan “Kami terhibur dengannya!”. Dengan
orang yang mengatakan “Kami terhibur meninggalkaannya!”.
a) Rahasia Pengulangan-Pengulangan Shalat
Shalat memang dikerjakan berulang
kali oleh seorang muslim dalam sehari semalam. Allah SWT telah mewajibkan
shalat atas setiap mukmin, dalam waktu-waktu tertentu yakni pada pasgi sore dan
malam hari disamping itu disuruh mengulanginya sampai lima kali dalam sehari
semalam, agar shalat itu dapat menjadi “tempat bersuci” bagi jiwa atau ruh dari
setiap muslim, guna mensucikan hatinya dari noda-noda kelalaiannya, dan dari
kesalahan-kesalahannya.
Rasulullah SAW telah memberi tamsil
semacam itu, dapat kita ketahui dari sabda beliau:
‘bagaimana pikiranmu, jika terdapat sebuah sungai di
dekat rumah salah seorang dari kamu, yang ia dapat mandi di dalamnya lima kali
setiap hari, apakah layak kiranya kalau ia badannya tetap kotor, seolah-olah
tidak pernah mandi di dalamnya?. Para sahabat menjawab “tidak!,.tidak layak!” selanjutnya beliau bersabda ; “ nah,
begitulah halnya shalat yang lima kali itu. Allah akan menghilangkan dengan
shalat-shalat tersebut kesalahan-kesalahan para hambanya”. (HR.Bukhori dan
Muslim).
b) Shalat dan Sektor kebersihan serta Keindahan
Bahwa shalat dalam islam itu hanya
berupa ibadah ruhaniah semata. Tapi ia juga mengandung unsur kesucian dan
kebersihan unsure kerapian dan keindahan. Allah mensyaratkan agar shalat
dikerjakan dengan kesucian baik badan pakaian maupun tempat dari segala kotoran
yang najis. Sementara itu diwajibkan pula bersih dari hadats dengan jalan mandi
untuk hadats besar dan wudlu untuk hadats kecil. Jadi kunci surga adalah shalat
dan kunci shalat adalah kesucian.[9]
c) Shalat dan Sektor Jasmani
Shalat telah menenamkan pada si
pelakunya, jiwa yang terlatih dismping memeperkokoh kesegaran tubuh, shalat
menuntut agar setiap muslim bangun pagi sedini mungkin, dan semangat dalam
mengahadapi tugas-tugas harian sejak menjelang terbitnya matahari. Semua itu
apabila dilakukan sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SWA
tentu akan mengungguli latihan dan pendididkan jasmani yang biasa dilakukan
oleh para ragawan masa kini, guna kesegaran tubuh dan kekuatan anggota-anggota
badan. Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa berdiri dalam shalat harus dengan
tegap dan dalam posisi yang lurus, tidak boleh lemah dan malas. Umar bin
Khattab pernah melihat seseorang yang malas berdiri dalam shalatnya, lalu ia
menegurnya sambil berkata: “ jangan engkau memetikan agama kami di hadapan
kami, nanti Allah mematiakan engkau! “ pernah juga ia melihat seseorang yang
lain memebungkuk dalam shalatnya, mau memperliahtkan demikian khusyukannya, lalu umar berkata:
angkat kepalamu karena khusyuk itu kepatuhan dalam hati bukanlah khusyuk itu
terletak pada menundukkannya tengkuk”. Demikian ikhwal shalat ia merupakan
gerakan dan amalan, yang mencakup segenap sektor sosok pribadi. Maka, tubuh
dalam shalat melakukan pekerjaan membaca dan takbir, tasbih dan tahlil, akal
melakukan pekerjaan mengamati dan memikirkan bacaan yang dibaca atau yang didengar
dari ayat-ayat Alqur`an sedang hati
melakukan pekerjaan mengamati dan memikirkan bacaan yang dibaca atau yang
didengar dari ayat-ayat alqur`an, sedang hati meakukan pekerjaan menghadirkan
diri di hadapan Allah, dengan penuh rasa tunduk cinta dan rindu kepadaNya.[10]
d) Shalat dan Sektor Kekuatan Rohani
Shalat, apabila dikerjakan sesuai
dengan yang dikehendaki islam akan dapat menumbuhkan pada si pelakunya, suatu
kekuatan rohani, atau kekuatan batin, yang amat berguna bagi yang bersangkutan
dalam menghadi kesulitan-kesulitan hidup dan musibah-musibah duniawi ,
Rasulullah SAW sendiri apabila dihadapkan kepada suatu maslaha yang berat, ia
segera melaksanakan Shalat. Didalam shalat seorang mukmin dapat mengungkapkan
apa yang dikehendaki kepada tuhannya secara langsung, dan dapat mengadukan
segala derita dan kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya. Bahkan dapat juga
mengetuk pintu RahmatNya. Kemudian, allah pun akan memeperkenankan menurunkan
rahmatNya. Didalam shalt seoang mukmin akan merasakan ketenangan,kerelaan dan
ketentraman. Karena seungguhnya ia memulai shalatnya dengan takbir, dimana ia
menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu maha agung dari apa dan siapa saja yang menguasai dirinya. Kemudian ia membaca
Alfatihah, ia akan menjumpai kesegaran batin dalam mendambakan nikmat Allah,
yaitu disaat ia membaca” Alhamdulillahi Rabbil `Alamin Ar-Rahmaanirrahim”.
Lalu menjumpai kesegaran batin dalam
mendambakan keagungan dan keadilan Allah, diat ia membaca “Maliki Yaumiddin”.
Demikian pula kan menjumpainya kembali, perasaan adanya hubungan dengan Allah
dan mendambakan pertolongannya., disaat ia membaca “Iyyaka Na`budu Waiyyaka
Nasta`in”. akhirnya ia kan menjumpai perasaan yang penuh optimisme akan danya
bimbingan kejalan yang lurus dan dijauhkannya dari jalan yang dimurkaiNya serta
jalan yang sesat,yaitu saat membaca “Ihdinas Shirathal Mustaqim. Shirathal
Ladziina An`Amta `Alaihim ghairil maghdlubi alaihim waladdhallin”. Jadi
tidak mengherankan jika Shalat itu memberikan kepada orang mukmin yang
menegerjakannya itu, kehidupan yang mantap dan kekuatan batin yang kokoh.
Rasulullah SAW lebih jauh menjelaskan puncak pengaruh kejiwaan yang dicapai
lewat shalat, wudlu dan dzikrullah. Yaitu betapa segar dan semangatnya seorang
mukmin yang melakukan shala, dalam mengahadapi kehidupan kesehariannya setiap
hari.
e) Shalat dan sektor pendidikan mental
Shalat dalam setor ini, mempunyai daya
penunjang. Yaitu penunjang kesuburan mental seorang mukmin. Ia akan mengokohkan
mental seorang mukmin untuk senantiasa berbuat kebaikan dan meninggalkan
kejahatan, menjauhi fakhsa`I dan mungkar, memerangi kelesuan disaat menderita
kesulitan dan keangkuhan disaat memperoleh kenikmatan. Shalat akan menanamkan
dalam hati, kesadaran adanya kontrol ilahi, memelihara aturanNya menjaga
kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaanNya. Dan sanggup mengalahkan
sifat-sifat kemalasan, memperturutkan hawa nafsu dan sifat-sifat kelemahan
manusiawi lainnya.
Kita dapat menjumpai dari kalangan
orang-orang yang melakukan shalat itu, lemah akhlaqnyaberakhlaq itu
f) Shalat dan sektor Pendidikan Militer
Dalam melaksanakan shalat berjamaah
disana terkandung pendidikan kemiliteran, yang intinya ketaatan dan mengikuti
aturan. Sungguh begitu baiknya suatu bangsa yang tumbuh sebagaimana bangsa arab
di masa Rasulullah SAW mereka dilatih disiplin menaati perintah dan mengikuti
peraturan dan tunduk pada undang-undang dan menghormati par pemimpinnya. Ini adalah pengaruh yang dihasilakan oleh
shalat berjamaah. Pernahkah anda melihat suatu aturan yang lebih sempurna dan
lebih indah dari aturan shaf-shaf berjamaah dalam shalat?. harus berdiri lurus
tidak boleh bengkok dan diberitahukan kepada mereka, bahwa rapinya shaf-shaf
adalah termasuk ketentuan dalam menegakkan shalat dan kesmpurnaanya. Disamping
memberi komando yang diajarkan oleh Nabinya, hendaklah kamu rapatkan jarak,
ratakan barisan dan jangan bersimpang siur, karena hal itu menunjukkan bahwa
hatimu bersimpang siur. Maka apabila imam bertakbir maka takbirlah. Dan apabila
ia membaca hendaklah kamu diam, dan apabila ia rukuk hendaklah kamu rukuk dan
apabila ia sujud maka, hendaklah kamu sujud dan apabila salam hendaklah kamu
salam.
“barangsiapa keluar dari aturan ini,
seolah-olah ia keluar dari tabiat kemanusiaannya. Tidak akan merusak keadaan
ini melainkan seorang tentara dari tentara-tentara iblis. Karena dialah yang
menyukai kekacauan dan membenci keteraturan. Sabda Nabi SAW:
“Orang yang Ruku` dan sujud sebelum
imam, hanyalah orang yang jambulnya di(bawah) tangan syaitan. (HR.Bazar dan
Thabrani).
G. Esensi Psikoterapi Dalam Gerakan Shalat
Gerakan
Shalat Shalat terdiri dari gerakan-gerakan yang melibatkan pelbagai bagian
tubuh. Untuk mengetahui efek dari gerakan-gerakan ini terhadap kesehatan tubuh,
kita hrus memperhatikan setiap gerakan itu dan apa hubungannya dengan system
organ anatomi manusia[11].
Kalau kita telaah lebih dalam lagi statement tersebut maka tata cara shalat
dalam perspektif urutan gerakannya adalah sebagai berikut:
a) Berdiri tegak mengahadap Kiblat
§ Mengarahkan pandanagn ketempat sujud; meneundukkan kepala lebih
dekat ke khusyuk dan lebih menenangkan mata. Sebaiknya membatasi pandangan
diatas sajadah saja.Hal ini membantu mencegah melayangnya pikiran[12].
§ Kepala agak menunduk ke depan; membuat tulang leher pada
bagian sendi atas mengalami peregangan otot ringan.
§ Badan tegak; membuat ruas-ruas tulang belakang mengalami
penyempurnaan letak.
§ Posisi berdiri tegak; membuat aliran system dan pola syaraf
menjadi lancer.
§ Posisi kedua telapak kai sejajar dan lurus; membentuk
jaringan otot kaki yang kokoh.
b) Mengangkat kedua belah tangan (takbiratul Ihram)
§ Kedua tangan terangkat; menimbulkan konstraksi otot dan system
syaraf pada pundak. Mambantu membuka saluran-saluran dari kepala ke tangan dan
melepaskan tekanan dikepala.
§ Otot dan rongga dada mengalami tarikan ringa, membantu
pernapasan.
c) Ruku`
d) I`tidal
e) Sujud
f) Iftirasyi (Duduk Diantara Dua Sujud)
g) Tahiat awwal (Duduk Tasyahud Awwal)
h) Tahiat Akhir (Duduk Tasyahud Akhir)
i)
Salam
(Menengokkan Kepala ke kanan dan ke kiri).
KESIMPULAN
1. Shalat merupakan penyerahan diri secara totalitas untuk menghadap Tuhan, dengan perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara
2. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali
3. Hikmah mendidirkan shalat yaitu:
1. Shalat merupakan penyerahan diri secara totalitas untuk menghadap Tuhan, dengan perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara
2. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali
3. Hikmah mendidirkan shalat yaitu:
a.
Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar
b.
Shalat mendidik perbuatan baik dan jujur
c.
Shalat akan membangun etos kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Ghazali, Ihya` Ulumuddin Juz I.Beirut : Daar El Ma`rifat.
Al-Qur'an dan terjemahnya Departemen
Agama.
Ahmad Ibnu Rusyd Al Qurtuby. 1975. Bidayatul
Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Mesir : Matba`ah Musthofa Al Baabil Al
Haabi.
Fanani Umar,1998. Ibadah Dalam Islam Terjemahan
Kitab Al Ibadah fil Islam. Surabaya: Bina Ilmu.
Hakim, Saktiawan Lukman. 2007. Keajaiban
Shalat Menurut Ilmu Kesehatan China.Bandung: Mizania.
Hasbi Asy Syidiqi, Pedoman Shalat,
Bulan Bintang, 1976.
Imam Basori Assuyuti. 1998. Bimbingan
Shalat Lengkap, Mitra Umat.
Said, Imam Ghozali,1995. Terjemah
Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Amani.
Sayyid Sabiq .tt. Fikih Sunnah Jilid
1 dan 2 Terjemahan dari Kitab Fiqhus Sunnah Cetakan ke-14. Bandung : PT. Al
Ma'arif.
SHALAT
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
“Studi Hukum Islam (Fiqh
Ibadah dan Muamalah)”
Oleh:
Achmad
Noor Said Abdullah B07209044
Syamsuddin B07209080
Iqbal
thabrani Al Ikhlas B072090..
DosenPembimbing :
Anis Bachtiar
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2011
[1]
Disahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam shahih sunan At-Tirmidzi No. 211 Juz 2).
[2] Ibnu Rusy. Bidayatul Mujtahid
Hal 180-193.
[3]
Lukman Hakim Saktiawan. Keajaiban shalat menurut ilmu kesehatan China.
Hal.179-180.
[4]
Istilah dalam bahasa mandarin
[5]
Lukman Hakim Saktiawan. Keajaiban shalat menurut ilmu kesehatan China.
Hal.179-180.
[6] Ibnu Rusy. Bidayatul Mujtahid
Hal 384.
[7]
Menurut sebagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk
bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.
[8]
Umar fanani. Ibadah Dalam Islam Terjemah Kitab Al Ibadah Fil Islam karya Yusuf
Qardlawi. Hal. 390-391.
[9]
Ibid. Hal.398.
[10]
Ibid Hal.401-402.
[11]
Opcit. Hal 90.
[12]
Menurut pendapat Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya` Ulumuddin Juz I. Hal.153
Tidak ada komentar:
Posting Komentar