AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
belakang masalah
Dizaman kuno penyakit yang diderita manusia sering dikait-kaitkan
dengan gejala –gejala spiritual. Seorang penderita sakit dihubungkan dengan
aanya gagguan dari roh jahat oleh semacam mahluk halus. Karenanya penderita
selalu berhubungan dengan dukun yang dianggap mampu berkomunikasi dengan mahluk
halus dan mampu menhan gangguannya. Dalam hal ini pengobatn penyakit dikaitkan
dengan gejala ruhani manusia.
Sebaliknya di dunia moderen penyakit manusia didiaknse berdasarkan
gejala- gejala biologis. Mahluk- mahluk halus yang diasumsikan sebagai ruh
jahat dimasyarakat primitive ternyata dengan menggunkan perangkat mmedis
moderen dapat dideteksi dengan mikroskop, yaitu brupa kuman atau virus.
Kemajuan dalam dunia kedokteran membawa manusia demikian yakinnya bahwa gejala
simtomatis penyakit disebabkan factor fsik semata. Kepercayaan inin memang
sebagian besar dapat dibuktikan oleh sebagian besar pengobatan dengan
menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan dibidangg kedokteran moderen.
Disela-sela perkembangan ilmu kedokteran moderen tersebutpara
psikolog dan agamawan mulai melihat gejala penyakit dari sudut pandang yang
berbeda yaitu gejala gangguan penyakit mental sedangkan sebagian besar dokter
fisik melihat bahwa penyakit mental sam sekali tidak ada ubungannya dengan
penyembuhan medis tapi sebagai penyembuhan penderita penyakit mental adalah
dengan menggunakan pendekatan agama.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. apa pengertian agama
2. apa pengertian kesehatan mental dan
3. apa saja indicator kesehatan mental atau indicator normalitas
kejiwaan
4. apa pengaruh agama pada kesehatan mental
Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Agar bisa mengetahui pengertian agama
2. Agar bisa mengetahui pengertian kesehatan mental dan
3. Indikator-indikator kesehatanmental
4. Agar bisa mengetahui apa pengaruh agama terhadap kesehatan
mental
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian
agama
Agama dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa sansekerta
yang terdiri dari dua akar suku kata yaitu “a” yang berarti tidak dan “gama “
yang berarti kacau sehingga artinya tidak kacau.[1]hal itu mengandung
pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia
agar tidak kacau.
Dalam bahasa Indonesia agama juga dikenal dengan kata addin dari
bahasa arab yang artinya hukum kata ini juga mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.[2] Agama memang membawa
peraturan- peraturan yang merupakan hokum, yang harus dipatuhi orang. Agama
selanjudnya memang menguasai diri seseorang orang dan membuat ia tunduk dan
patuh kepada tuhan dengan menjalankan ajran- ajaran agama. Agama lebih lanjud
lagi membawa kewajiban- kewajiban yang apa bila tidak dijlankan oleh seseorang
akan menjadi hutang baginya, dan paham mengenai kewajiban dan kepatuhan ini
membawa pula pada paham balasan yang baik dari tuhan pada yang menjalankan
kewajiban dan yang patuh dan bagi yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak
patuh akan mendapatkan balasan yang tidak baik.
Bertitik tolak dari kata- kata tersebut intisarinya adalah agama
adalah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia yang berasal dari
sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan ghaibyang tak
dapat ditangkap dengan panca indra, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari- hari. Jadi agama adalah pengakuan terhadap
adanya hubungan manusia dengan sesuatu yang ghaib yang menguasai manusia, yang
dengan karenanya manusia meyakini harus mematuhi kewajiban –kewajiban sehingga
hal itu mempengaruhi pada tingkah atau perbuatan- perbuatan manusia
sehari-hari.
1. pengakuan terhadap adanya hubungan manusia
dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
2. pengakuan terhadap adanya hubungan ghaib
yang menguasai manusia.
3. mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. kepercayaan kepada sesuatu kekuatan ghaib
yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. suatu sistem tingkahlaku yang berasal dari
suatu kekuatan ghaib
6. pengakuan terhadap adanya kewajiban
–kewajiban yang diyakini bersumberpada sesuatu kekuatan ghaib
7. pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang
timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia
8. ajaran –ajaran yang diwahyukan tuhan kepada
manusia melalui seorang rasul
Pengertian kesehatan mental
Kesehatan mental pada zaman dulu diartikan
secara sempit yaitu kesehatan mental adalah absennya seseorang dari gangguan
dan penyakit jiwa [4] dengan pengertian ininkesehatan mental hanya diperuntukkan bagi mereka
yang terganggu dan berpenyakit jiwa saja, dan tidak dipxerlukan bagi setiap
orang pada umumnya.
Mustafa fahmi sebagai mana dikutip Muhammad mahmud menemukan dua
pola dalam mendevinisikan kesehatan mental[5]: Pertama, pola negative
(salabiy) bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala
neorosis (al-amradh al- ashabiyah) dan psikologia (al-amradh al-dzibaniyah ).
Kedua, pola positif (ijabiy) bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu
dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya.
Sedangkan hanna Djumhana Bastaman menyebutkan ada empat pola yang ada
dalam kesehatan mental, yaitu[6]:
1. pola simtomatis adalah pola yang berkaitan
dengan gejala (symptoms) dan keluhan (compliants) gangguan atau
penyakit nafsaniyah.
2. pola penyesuaian diri adalah pola yang
berkaitan dengan keaktifan seseorang dalam memenuhi tuntutan lingkungan tampa
kehilamgan harga diri, atau memenuhi kebutuhan pribadi tampa mengganggu hak-
hak orang lain.sehingga disini kesehatan mental berarti kemampuan seseorang
untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap lingkungan sosialnya.
3. pola pengembangan diri adalah pola yang
berkaitan dengan kualitas khas insani, seperti kreatifitas, kecerdassan,
ttanggung jawab dan sebagainya. Sehingga kesehatan mental berarti kemampuan
individu untuk memfusikan potensi- potensi mannusiawinya secara maksimal,
sehingga ia memperoleh mamfaat bagi dirinya sendiri maupun orng lain
4. pola agama adalah pola yang berkaitan
dengan ajaran agama.jdi kesehatan mental adalah kemampuan individu untuk
melaksanakan ajaran agama secara benar baik dengan landasan keimanan dan
ketakwaan.
Sedangkan M. buchori mendevinisikan kesehatan
mental adalah ilmu yang meliputi system tentang prinsip- prisip, peraturan-
peraturan, serta prosedur- prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani.[7] Jadi Orang yang sehat mentalnya ialah orang
yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tentram.
Dari beberapa devinisi kesehatan mental
tersebut maka dapat kita fahami bahwa devinisi kesehatan mental adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh- sungguh antara fungsi- fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya, berlandaskan keimnan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakana yaitu bahagia didunia dan diakhirat.
Indicator normalitas kejiwaan atau indicator kesehhatan
mental
Kesehatan mental dan kondisi normalitas
kejiwaan seseorang adalah kondisi kesejahteraan emosional kejiwaan seseorang,
pengertian ini berasumsikan bahwa pada prinsipnya manusia itu dalam kondisi
sehat. Arkonson menyebutkan ada enam indikator normalitas kejiwwaan seseorang
yaitu:
1. perseosi realitas yang efisien, yaitu
individu cukup realistik dalam menilai kemampuannya dan dalam menginterpretasi terhadap
dunia sekitarnya ia tidak terus- menerus berfikir negatif terhadap orang lain
serta tidak berlebihan dalam memuja diri sendiri
2. mengenal diri sendiri, yaitu individu
memiliki kesadaran dalam motif dan perasaannya sendiri
3. kemampuan untuk mengendalikan perilaku
secara sadar,
4. harga diri dan penerimaan yaitu penyesuaian
diri sangat ditentukan oleh penilaian terhadp harga diri sendiri dan merasa
diterima oleh orng sekitarnya, ia merasa nyaman bersama orang lain dan mampu
beradaptasi dan mereaksi secara spontan dalam segala situasi sosial
5. kemampuan untuk membentuk ikatan
kasih,individu yang normal dapat membentuk jalinan kasih yang erat serta mampu
memuaskan orang lain dalam hal ini dia peka terhadap peasaan orang lain dan
tidak menuntut yang berlebihn pada orng lain
6. produktifitas, individu yang baik adalah
individu yang menyadari kemampuannya dan dapat diarahkan pada katifitas
produktif.
Sedangkan indikator kesehatanmental menurut
ahmad farid[8] yang menerapkan indikator
kesehatan mintal berdasarkan kepada agama adalah sebgai berikut:
1. berfokus pada ahirat
2. tiada meninggalkan zikrullah
3. selalu merindukan untuk beribadah kepada
allah
4. tujuan hidupnya hanya kepada allah
5. khusuk dan menegakkan solat
6. menghargai waktu dan tidak bahil harta
7. tidak berputus asa dan tidak malas untuk
berzikir
8. mengutamakan kualitas perbuatan
Pengaruh agama pada kesehatan mental
Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang
dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram. Ketika
agama sebagai keyakinan dihubungkan pada kesehatan jiwa terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi. Tindak
ibadah dalam sebuah ritual agama akan memberi rasa bahwa hidup lebih bermakna
dan manusia sebagai mahluk hidup yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani
secara tak terpisah memerlukan pengakuan yang dapat memuaskan keduanya.[9]
Dalam psikologi komanistika (salah satu cabang
ilmu jiwa ) dikenal logo terapi. Logo terapi menitik ,beratkan pada pemahaman
bahwa motif dasar manusia adalah hasrat untuk hidup bermakna diantara hasrat
itu terungkap dalam keinginann manusia untuk memiliki kebebasan dalam menemukan
makna hidup. Sedangkan makna hidup adalah hal- hal yang memberikan nilai husus
bagi seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya lebih berharga dan
ahirnya kan menimbulkan penghayatan bahagia.
Logo terapi menunjukkan tiga bidang kegiatan
yang secara potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna
hidup bagi dirinya sendiri yaitu;
1. kegiatan berkarya, bekerja dan mencipta
2. keyakianan dan penghayatan atas nilai-
nilai tertentu (kebenaran, keindahan, dan kebajikan )
3. sikap tepat yang diambil dalam keadaan
mengalami penderitaan yang tidak terelakkan lagi
pengaruh agama pada kesehatan mental adalah
menjadikan kesehatan mental lebih baik secara lebih spesifik koening menemukan
kesimpulan tentang pengaruh agama pada kesehatan mental[10] yaitu:
1. agama adalah salah satu faktor penting yang
membantu mengatasi situasi hidup yang penuh stres
2. komitmen agama yang taat berkaitan dengan
tingkat depresi yang lebih rendah, penyembuhan dari depresi yang lebih cepat,
kesejahteraan dan maoril yang lebih tinggi, harga diri yang lebih baik,
perkawinan yang lebih bahagia, penyesuaian yang lebih cepat pada orang yang
mengalami hal yang sangat berat (cobaan )
3. penganut agama yang rajin beribadah dan
rajin mengunjungi tempat ibadah ( taat mengikuti aturan agama) berkaitan dengan
40-50% pengurangan resiko dpresi, tingkat bunuh diri yang lebih rendah, tingkat
kecemasan yang lebh rendah,tingkat alkoholisme dan penggunaan zata adiktif yang
lebih rendah, dukungan sosial yang lebih tinggi, kebahagiaan, penyesuaian, dan
kesejahteraan yang lebih besar, harga diri yang lebih tinggi, kepuasan hidup
lebih tinggi,
4. intervensi psikotrapis untuk mengatasi
depresi dan anxieeeeety disorder yang mengintegrasikan agama dengan psikoterapi
mempercepat penyembuhan lebih tinggi dari tehnik psikoterapi sekuler.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia yang
berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan
ghaibyang tak dapat ditangkap dengan panca indra, namun mempunyai pengaruh yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari- hari. Jadi agama adalah
pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan sesuatu yang ghaib yang
menguasai manusia, yang dengan karenanya manusia meyakini harus mematuhi
kewajiban –kewajiban sehingga hal itu mempengaruhi pada tingkah atau
perbuatan- perbuatan manusia sehari-hari.
Mustafa fahmi sebagai mana dikutip Muhammad mahmud menemukan dua
pola dalam mendevinisikan kesehatan mental: Pertama, pola negative (salabiy)
bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala neorosis
(al-amradh al- ashabiyah) dan psikologia (al-amradh al-dzibaniyah ). Kedua,
pola positif (ijabiy) bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam
penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya.
pengaruh agama pada kesehatan mental adalah menjadikan kesehatan
mental lebih baik secara lebih spesifik koening menemukan kesimpulan tentang
pengaruh agama pada kesehatan mental yaitu:
1. agama adalah salah satu faktor penting yang membantu mengatasi
situasi hidup yang penuh stres
2. komitmen agama yang taat berkaitan dengan tingkat depresi yang
lebih rendah, penyembuhan dari depresi yang lebih cepat, kesejahteraan dan
maoril yang lebih tinggi, harga diri yang lebih baik, perkawinan yang lebih
bahagia, penyesuaian yang lebih cepat pada orang yang mengalami hal yang sangat
berat (cobaan )
3. penganut agama yang rajin beribadah dan rajin mengunjungi tempat
ibadah ( taat mengikuti aturan agama) berkaitan dengan 40-50% pengurangan
resiko dpresi, tingkat bunuh diri yang lebih rendah, tingkat kecemasan yang
lebh rendah,tingkat alkoholisme dan penggunaan zata adiktif yang lebih rendah,
dukungan sosial yang lebih tinggi, kebahagiaan, penyesuaian, dan kesejahteraan
yang lebih besar, harga diri yang lebih tinggi, kepuasan hidup lebih tinggi,
4. intervensi psikotrapis untuk mengatasi depresi dan anxieeeeety
disorder yang mengintegrasikan agama dengan psikoterapi mempercepat penyembuhan
lebih tinggi dari tehnik psikoterapi sekuler.
Jadi
agama sebgai keyakinan dapat membantu penderita penyakit mental untuk lebih
cepat sembuh, dan sekaligus karena agama pula penyakit mental bisa dicegah.
Saran
kami
haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penulisan makalah ini , begitu juga kami mohon maaf apabila dalam penulisan ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan sehingga saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.
[1] Dadang kahmad, sosiologi agama,
(Bandung: PT Remaja rosda karya, 2006),halm.13
[2] Harun nasution, Islam ditinjau daru
berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Pres, 1985), halm.9
[3] Ibid, Harun,hlm.10
[4] Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta:Kalam
mulia,2002), hlm.128
[5] Atiqullah, Buku Ajar dasar- dasar
psikologi agama, (Stain pamekasan ,2006)hlm.66
[6] Ibid, Ramayulis, hlm. 129
[7] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:
PT Raja Grafindo persada,2008), hlm.160
[8] Ibid, Ramayulis, hlm.155-156
[9] Ibid. Atiqullah, hlm.69
[10] Jalaluddin rahmad, Psikologi agama sebuah
pengantar, (bandung PT Mizan pustaka, 2005)hlm. 225
Tidak ada komentar:
Posting Komentar