FILSAFAT
DAN EPISTIMOLOGI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estika
(filsafat keindahan) serta tentang alam maujud bagaimana hakekat yang
sebenarnya.
Filsafat pengetahuan epistimologi merupakan salah satu cabang
filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula
pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan epistimologi?
3. Apa saja metode-metode dalam epistemologi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia"
yang dalam perkembangan berikutnya dikenal dalam bahasa lain seperti falsafah
(arab). Pengertian filsafat berdasarkan asal kata disebut di atas akan
menghasilkan pengertian yang berbeda dalam makna yang tidak hakiki, jadi
perbedaan tersebut hanya bersifat gradesi saja. Istilah philosophia dengan akar
kata philien dan sophos berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana,
sedangkan philosopie menurut arti katanya adalah cinta akan kebijaksanaan dan
berusaha untuk memilikinya. Para filsuf memiliki rumusan atau batasan
tersendiri tentang filsafat, perbedaan tanpa bervariasi. Kadang-kadang
menyangkut masalah yang esensial, akan tetapi perbedaan tersebut tidak merdasar.
Batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yang secara etimologi dan secara
terminologi.
1. Secara etimologi
Filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah, ada pula yang
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari bahasa Inggris
"philosophy", istilah tersebut memiliki dua unsur yaitu:
"philien" dan "sophie" yang berarti cinta, sedangkan Sophia
berarti kebijaksanaan. Seorang filsuf mencintai atau mencari kebijaksanaan
dalam arti yang sedalam-dalamnya.
2. Secara Terminologi
Dalam hal ini para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai
dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya yaitu pengetahuan
yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan), pengetahuan tentang alam
maujud bagaimana hakekat yang sebenarnya.
Pada prinsipnya filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, radikal
sehingga mencapai hakekat segala situasi tersenbut. Upaya mencapai hakikat
sesuatu yang diperkirakan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
abstraksi, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu subtansi dan aksidensi.
a. Subtansi adalah inti mutlak atau hakekat, yaitu suatu hal yang
harus ada untuk adanya sesuatu.
b. Aksedensi adalah merupakan hal-hal yang sifatnya kebetulan dan
terdiri dari kuantitatif, kualitas, relasi, aksi, pasi, tempat keadaan,
kedudukan dan waktu.
Filsafat tersebut disebut Wissenschaftslehre atau "ajaran ilmu
pengetahuan" ini bukan suatu pemikiran teoritis tentang struktur dan
hubungan ilmu pengetahuan melainkan suatu penyandaran yang metodis di bidang
pengetahuan itu sendiri.
B. Pengertian
Epistimologi
Epistimologi berasal dari asal kata "Episteme" dan
"logos" episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori bahwa
efistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam
dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas
pengetahuan. Beberapa istilah yang sama dengan epistemologi ialah:
1. Gnosiologi
2. Logika material
3. Criteriologi
Dan dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari soal tentang watak, batas-batas dan berlakunya ilmu
pengetahuan apabila keseluruhan rumusan tersebut direnungkan maka dapat
dipahami bahwa prinsipnya epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan.
Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar dalam
epistemologi sebab hal ini akan mewarnai pemikiran kefilsafatannya pengetahuan
didapatkan dari pengamatan inderawi tidak dapat ditetapkan apa yang subyektif
dan apa yang obyektif, sedangkan pengalaman dengan akal hanya mempunyai fungsi
mekanisme semata-mata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses
penjumlahan dan Pengurangan dan yang disebut pengalaman adalah keseluruhan atau
totalitas segala pengamatan, yang disimpan di dalam ingatan dan digabungkan
dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati
pada masa yang lampau. Sementara itu salah seorang tokoh empirisme yang lain
berpendapat dan tidak lebih dari itu. Akal (rasio) adalah pasif pada waktu
pengetahuan didapatkan, akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri.
Satu-satunya sasaran obyek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau
ide-ide yang timbulnya karena pengalaman lahiriyah (sensation) dan karena
pengalaman batiniyah (revolution). Pengalaman lahiriyah mengajarkan kepada kita
tentang hal-hal yang diluar kita, sedangkan pengalaman batiniyah mengajarkan
tentang keadaan-keadaan psikis kita sendiri.
Dikatakan, bahwa sifat pengamatan adalah konkret, artinya: isi yang
diamati adalah sesuatu yang benar-benar dapat diamati hanya gagasan-gagasan
yang konkretlah yang dapat dipakai untuk memikirkan gagasan-gagasan konkret
lainnya.
Pada abad ke 19 muncul tokoh-tokoh filsafat yang memiliki pandangan
tersendiri mengenai pengetahuan, sebagai ajaran tentang ilmu pengetahuan
dibedakan antara:
a. Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis
b. Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis
Di dalam bagian yang tepuitis dibicarakan hal metafisika dan ajaran
tentang pengenalan, sedangkan di dalam bagian yang praktis dibicarakan hal
etika.
Ilmu pengetahuan adalah suatu totalitas dimana segala bagiannya
dihubungkan secara organis di bawah satu syarat. Syarat asasi ini tidak dapat
diturunkan dari ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi syarat itu mendahului
sebagai sesuatu yang tanpa syarat dengan segala pengetahuan digariskan.
C. Metode-Metode
Dalam Epistemologi
Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara
sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang
sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah atau sebagai
penyusunan struktur ilmu-ilmu lain dalam filsafat sulit sekali membahas metode
sebab terdapat beberapa paham atau aliran filsafat yang pada umumnya memiliki
metode tersendiri. Namun, dalam hal ini dapat disebutkan beberapa metode
filsafat yaitu: metode kritis, intuitik, skolasatik, geometris, eksprementil,
kritis transendental, dialektis dan metode analistik bahasa.
Ada dua metode ilmiah yaitu:
1. Metode Ilmiyah umum
Sistematis metode ilmiah kerap mengacaukan metode-metode umum yang
berlaku bagi semua ilmu dan bagi segala pengetahuan dan metode-metode yang
hanya berlaku bagi khusus terdapat beberapa unsur umum dalam subyek:
- Bertanya, bersikap ragu-ragu
- Penerapan dan pemahaman (rasional)
- Intuitis (konkret) dan abstraksi (konsepktual)
- Refleksi dan observasi, pengamatan dan desperimen.
Unsur-unsur tersebut semua bersama ditemukan dalam segala gaya
berfikir dan pada segala taraf pengetahuan, merupakan unsur-unsur hakiki dan
satu pun tidak dapat ditinggalkan, maka tidak diherankan jika unsur-unsur itu
juga diuraikan dalam metodologi empiris dan dalam logika.
2. Metode Ilmiah Khusus
Ilmu pengetahuan mempunyai metode dan logika dan dapat juga dapat
disebut metode ilmu pasti, metode ilmu alam, metode sosiologi, metode filsafat
dan sebagaimana di dalam semua metode ilmiah khusus diterapkan semua unsur
metode umum dan dalam rangka metode ilmiah khusus juga menjadi mungkin unsur-unsur
tertentu mendapat tekanan dan kedudukan yang berbeda, misalnya induksi
mempunyai arti dan fungsi dalam ilmu pasti, ilmu alam, ilmu mendidik, atau
dalam filsafat.
Sepanjang sejarah kefilsafatan telah banyak diungkapkan metode
filsafat oleh para filsuf, yang muncul pada zaman Francis Becon (renaissance)
dan pada zaman Jerman dari Ficthe.
Demikian fakta dasar dalam filsafat terbukti bahwa setiap paham
kefilsafatan maupun filsuf memiliki metode kefilsafatan tersendiri yang khas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persoalan tentang pengetahuan (knowledge) menghasilkan cabang
filsafat epistemologi yaitu filsafat pengetahuan istilah epistemologi berasal
dari akar kata episteme dan logos, episteme berarti pengetahuan dan logos
berarti teori. Dalam rumusan masalah yang lebih rinci disebutkan bahwa
epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam
dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas
pengetahuan.
Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi
yaitu kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses
dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis, yang menuntun suatu
penelitian dan kajian ilmiah atau sebagai penyusunan struktur ilmu-ilmu vak.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudarsono,
Ilmu Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta. 1993
P.
Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahu an,Yogyakarta: Kanisus
55281
Tidak ada komentar:
Posting Komentar