HAKIKAT FILSAFAT
Oleh:al-habibi
1. Pengantar
Filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan.
Filsafat disebut induk pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah
melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada.
Modul ini hendak memandu mahasiswa untuk memperoleh
gambaran tentang hakekat filsafat yang meliputi : (1) pengertian filsafat
secara luas dalam arti harafiah, operasional, dari sudut materinya, serta
sebagai produk atau hasil pemilsafatan dan menurut para filsuf, (2) problema
sentral filsafat, (3) Ruang lingkup (pembagian) filsafat dilihat dari sudut
karakteristik objeknya, (4) Asal muasal manusia berfilsafat, (5) sifat dasar
filsafat, (6) peranan filsafat, dan (7) kegunaan filsafat
2. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari pembahasan yang disajikan dalam
modul ini mahasiswa akan memahami hakikat filsafat.
3. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu
:
a. Menjelaskan pengertian filsafat secara luas dalam
arti harafiah, operasional, dari sudut materinya, serta sebagai produk atau
hasil pemilsafatan.
b. Menjelaskan pengertian filsafat menurut beberapa
filsuf terkenal seperti Plato dan lain-lain
c. Menjelaskan problema sentral filsafat
d. Menjelaskan ruang lingkup (pembagian) filsafat
dilihat dari sudut karakteristik objeknya.
e. Menyebutkan asal muasal manusia berfilsafat.
f. Menyebutkan sifat dasar filsafat
g. Menjelaskan peranan filsafat
h. Menjelaskan kegunaan filsafat
4. Kegiatan Belajar
4.1. Kegiatan Belajar 1
PENGERTIAN FILSAFAT
4.1.1. Uraian
Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari
segi : 1) filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat
dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai product atau hasil
pemilsafatan.
4.1.1.1. Filsafat dalam arti “Harafiah”
Asal kata Filsafat dari bahasa Latin “Filosofia)
terdiri dari kata Filos dan Sofia
Filos = Cinta atau hasrat yang besar
Sofia = Pengetahuan yang mendalam sampai berkaitan
dengan kearifan.
Berdasarkan pembahasan secara harafiah ini filsafat
berarti cinta kepada pengetahuan atau hasrat yang besar untuk menjadi
arif
4.1.1.2. Filsafat secara Operasional (Prosesnya)
Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah
“cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan
menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah barang
tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.
4.1.1.3. Filsafat dibahas dari sudut isinya
(Materinya)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
metodologi serta hakekat kebenaran dan nilai dari ihwal terutama tentang
manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya, agamanya, kehidupannya,
ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain. Masalah hakikat di dalam ilmu
filsafat dimasukkan di dalam Ontologi yang akan kita bahas di dalam modul-modul
selanjutnya.
Filsafat mengenai nilai ada 3 (tiga) bagian, yaitu :
1) Aksiologi : yaitu filsafat tentang “nilai pada umumnya” misalnya : nilai
tujuan filosofis suatu negara dan cara kerja yang memperhatikan nilai-nilai
tertentu; 2) Etika : yaitu filsafat tingkah laku disebut The Filosophy of
Conduct ; 3) Aestetika : yaitu filsafat keindahan disebut The Filosophy of Art
4.1.1.4. Filsafat sebagai Product atau Hasil
Pemilsafatan
Ini merupakan “hasil” orang berfilsafat atau produk
para filsuf dan para ahli pikir. Pengertian terakhir inilah yang menjadi dasar
pengertian “filsafat” untuk modul-modul selanjutnya yang bersifat “Ontologis”
(mempelajari hakikat kebenaran) dan bersifat “Value oriented” (aksiologis, etis
atau aestitis), yang mempelajari nilai-nilainya.
4.1.1.5. Filsafat menurut para Filsuf
Arti filsafat tidak semudah dan sesederhana seperti
yang disajikan dengan 4 pendekatan di atas. Literatur tentang filsafat, kita
ambil satu buku saja, misalnya dari Drs Sudarsono, SH “Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar”. Dia sudah dapat mengemukakan tidak kurang dari 7 definisi yang
berbeda-beda dari berbagai filsuf : Plato, Aristoteles, Al Farabi, Rene
Descartes, Imanuel Kant, Langeveld, Hasbullah Bakry. Disini akan diambil
beberapa contoh saja dari sekian banyak definisi-definisi itu :
1) Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2) Aristoteles : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
3) Rene Descartes : Filsafat adalah kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, Alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
4) Immanuel Kant : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang didalamnya tercakup
masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang
dapat kita ketahui ? Masalah Etika yang menjawab persoalan apa yang harus kita
kerjakan ? masalah Ke-Tuhan-an (keagamaan) yang menjawab persoalan harapan kita
dan masalah manusia.
4.2. Kegiatan Belajar 2
PROBLEM SENTRAL FILSAFAT
4.2.1. Uraian
Jika pandangan-pandangan yang beraneka ragam tentang
filsafat, kita rangkum, maka ternyata bahwa problema sentral filsafat adalah
usaha manusia untuk mencari hakiki, keberadaannya, hakikat manusia dalam
hubungan dengan alam semesta, di mana manusia itu menempatkan dirinya di
dalamnya. Masalah pokok dalam hal ini adalah “the meaning of human life”, dalam
rangka “the significance of the world.” Segi-segi manusia dan kemanusiaan
adalah beraneka ragam, maka ruang lingkup filsafat adalah sesuai dengan
segi-segi manusia dalam kaitannya dengan hakekat dunia dan alam semesta. Dengan
demikian maka dikenal 2 segi pokok : 1) “The world outlook”, dan “The destiny
of man”, 2) Masalah metode berpikir
4.2.1.1. “The world outlook”, dan “The destiny of man”
- Manusia selalu mencari hakikat kebenaran tentang
segala hal ihwal, jika perlu sampai kebenaran yang terakhir (Sutan Takdir
Alisyahbana). Manusia itu apa, dari mana asalnya, dan hendak kemana ?
- Manusia hidup selalu mencari dan menjalankan
nilai-nilai hidup tertentu : hidup itu for what ? (nilai terminal), hidup itu
bagaimana, bagaimana cara yang baik, how (instrumental value)
4.2.1.2. Metode Berpikir
Masalah metode berpikir meliputi dasar-dasar dan dalil
bagaimana manusia berpikir secara teratur dan benar.
4.2.1.3. Cabang-Cabang Filsafat
Kedua segi ini dipelajari oleh cabang-cabang filsafat
sebagai berikut :
1) Metode berpikir dipelajari oleh “metodologi” yang
menghasilkan antara lain standar of valid thinking.
2) Yang mempelajari dasar-dasar pokok “pengetahuan”
yang mendalam oleh manusia ialah “epistemology” (the philosophy of knowledge).
3) Yang mempelajari masalah hakikat misalnya tentang
hakikat manusia dan hakikat-hakikat yang lain ialah : ‘ontologi” (the
philosophy of being, of essential)
4) Yang mempelajari nilai-nilai kemasyarakatan baik
nilai-nilai tujuan filisofis ialah axiology (the philosophy of value).
5) Yang mempelajari nilai-nilai akhlak, moral, budi
luhur masing-masing diri manusia ialah “etika” (the philosophy of conduct).
6) Yang mempelajari nilai-nilai keindahan ialah “
estetika” (the philosophy of art).
7) Yang mempelajari ciri-ciri paling mendasar dan
paling luas dari segala pengalaman manusia dipelajari oleh “metaphysika”.
4.3. Kegiatan Belajar 3
Filsafat Umum dan Filsafat Khusus
4.3.1. Uraian
Apabila dilihat dari sudut karakteristik objeknya,
filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Filsafat Umum atau
Filsafat Murni, dan (2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Filsafat Umum mempunyai objek : (1) hakikat kenyataan
segala sesuatu (Metafisika), yang termasuk di dalamnya hakikat secara
keseluruhan (Ontologi), kenyataan tentang alam atau kosmos (Kosmologi),
kenyataan tentang Tuhan (Teologi); (2) hakikat mengetahui kenyataan
(Epistemologi); (3) hakikat menyusun kesimpulan pengetahuan tentang
kenyataan (Logika); dan (4) hakikat menilai kenyataan (Aksiologi), antara lain
tentang hakikat nilai yang berhubungan dengan baik dan jahat (Etika) serta
nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika).
Filsafat khusus (terapan) akan dibahas tersendiri pada
modul berikutnya.
4.4. Kegiatan Belajar 4
ASAL MUASAL MANUSIA BERFILSAFAT
4.4.1. Uraian
Bagaimanakah filsafat tercipta ? Apa yang menyebabkan
manusia berfilsafat ? sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk
berfilsafat, yaitu : ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya dan
keraguan.
4.4.1.1. Ketakjuban
Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal
kelahiran filsafat adalah thaumasia (kekaguman, keheran, atau ketakjuban).
Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles mengatakan bahwa karena
ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub
memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama kelamaan ketakjubannya semakin
terarah pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran
bulan, matahari, bintang-bintang, dan asal mula alam semesta.
Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan
dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-bintang,
matahari, dan langit merangsang manusia untuk melakukan penelitian. Penelitian
terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan
filsafat.
4.4.1.2. Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite
memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai mitos dan
mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan
dan keterangan yang diberikan oleh mitos dan mite-mite itu makin lama makin
tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan inilah yang membuat manusia terus
menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Manusia yang terus menerus mencari penjelasan dan
keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan itu lambat laun mulai berpikir
secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan. Berbagai mitos dan mite
yang diwariskan oleh tradisi turun temurun semakin tersisih dari peranannya
semula yang begitu besar dan lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup
seluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.
4.4.1.3. Hasrat bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan
pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan
itu tak kunjung habis. Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan,
penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru
yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah.
4.4.1.4. Keraguan
Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu
dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang
dipertanyakan itu.
Manusia bertanya bisa karena ia masih meragukan
kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, jelas terlihat
bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk bertanya dan terus
bertanya, yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.
4.5. Kegiatan Belajar 5
SIFAT DASAR FILSAFAT
4.5.1. Uraian
Menurut Rapar (1996) paling sedikit ada lima sifat
dasar filsafat, yaitu : (1) berpikir radikal, (2) mencari asas, (3) memburu
kebenaran, (4) mencari kejelasan, (5) berpikir rasional.
4.5.1.1. Berpikir Radikal
Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf
adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak pernah
berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah
berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu
senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.
Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix
realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan
dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah ditemukan,
permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.
4.5.1.2. Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu
dari realitas, melainkan kepada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan
realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari
keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya untuk menemukan asas
yang paling hakiki dari realitas.
Mencari asas pertama berarti juga menemukan sesuatu
yang menjadi esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas
itu dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas.
4.5.1.3. Memburu Kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang
diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang
dapat dipersoal¬kan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti
memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah
kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat
di¬pertanggungjawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa
terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih
pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafati tidak pernah
bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju
kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka
untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih
meyakinkan.dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat
ialah memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu
sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang meyakinkan serta lebih
pasti.
4.5.1.4. Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan.
Untuk menghilang¬kan keraaguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan
bahwa
berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan
penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf
senantiasa mengejar keje!asan pengertian (clarity of understanding). Geisler
dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafati ialah adanya usaha
keras demi meraih kejelasan intelektual (intellectual clarity).' Dengan
demikian, dapat mengatakan bahwa berpikir secara filsafati berarti berusaha
memperoleh ke¬kejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih
untuk mengelimi¬nasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang
gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan,
filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan
tak mung¬kin dapat menggapai kebenaran.
Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya
merupakan suatu perjuang¬an untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan
kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah salah satu
sifat dasar filsafat.
4.5.1.5. Berpikir Rasional
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu
kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa
berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional berarti berpikir logis,
sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai
pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar
sanggup menarik kesim¬pulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari
premis-premis yang digunakan
4.6. Kegiatan Belajar 7
KEGUNAAN FILSAFAT
4.6.1. Uraian
Paling tidak ada empat kegunaan filsafat bagi manusia,
diantaranya adalah :
- Mendidik dan melatih manusia unt merumuskan
pikiran-pikiran secara logis, sistematis, objektif, methodis dan “ gambling”.
- Membantu manusia unt menelaah suatu masalah tdk hanya
terhenti pada fenomena atau gejala penampakan saja, tetapi sanggup membantu
mengungkapkan suatu masalah sampai kepada masalah hakikinya.
- Membantu manusia meningkatkan kecerdasan dan
tanggung jawab terutama kepada hati nuraninya sendiri.
- Memberikan pelita dalam masalah-masalah ilmu dan
iman
DAFTAR PUSTAKA
Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu
Kritis, Kanisius, Yogyakarta.
Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Kattsoff . Louis O., 1992, Pengantar Filsafat Judul
Asli Elements of Philosophy, alih bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Sudarsono, 1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka
Cipta, Jakarta
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas
Gadjah Mada, 2001, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.
OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL
Objek Material
= Pokok persoalan (subject matter)/pokok bahasan,
dibedakan :
Arti I : Bidang khusus dari penyelidikan faktual,
contoh :
- Penelitian tentang atom termasuk bidang fisika
- Penelitian tentang klorofil termasuk bidang botani
atau biokimia
- Penelitian tentang alam bawah sadar termasuk bidang
psikologi
Arti II : Kumpulan pertanyaan pokok yang saling
berhubungan, contoh :
- Anatomi dan fisiologi keduanya bertalian dengan struktur
tubuh
- Anatomi mempelajari strukturnya
- Fisiologi mempelajari fungsinya
- Keduanya mempunyai pokok persoalan yang sama, namun
dapat dikatakan beda
Kesimpulan, objek material adalah sesuatu yang
dijadikan sasaran pemikiran, diselidiki, dipelajari, mencakup :
- Konkrit (manusia, tumbuhan, hewan dll.)
- Abstrak (ide-ide, nilai-nilai, kerohanian)
Objek Formal
Adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan
oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya, serta prinsip-prinsip yang
digunakannya, membedakannya dari bidang-bidang lain.
Kesimpulan :
- Para ahli di bidang ilmu tertentu mengarahkan
perhatiannya pada salah satu dari objek materialnya
- Melahirkan adanya otoritas dan otonomi (kemandirian)
keilmuan, yaitu wewenang seseorang ilmuwan untuk mengembangkan disiplin ilmunya
tanpa campur tangan pihak luar
DAFTAR PUSTAKA
Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu
Kritis, Kanisius, Yogyakarta.
Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Kattsoff . Louis O., 1992, Pengantar Filsafat Judul
Asli Elements of Philosophy, alih bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Sudarsono, 1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka
Cipta, Jakarta
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas
Gadjah Mada, 2001, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar