Kamis, 06 Desember 2012

HAKEKAT FILSAFAT



HAKIKAT FILSAFAT
Oleh:al-habibi

1. Pengantar
Filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan. Filsafat disebut induk pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada.
Modul ini hendak memandu mahasiswa untuk memperoleh gambaran tentang hakekat filsafat yang meliputi : (1) pengertian filsafat secara luas dalam arti harafiah, operasional, dari sudut materinya, serta sebagai produk atau hasil pemilsafatan dan menurut para filsuf, (2) problema sentral filsafat, (3) Ruang lingkup (pembagian) filsafat dilihat dari sudut karakteristik objeknya, (4) Asal muasal manusia berfilsafat, (5) sifat dasar filsafat, (6) peranan filsafat, dan (7) kegunaan filsafat

2. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari pembahasan yang disajikan dalam modul ini mahasiswa akan memahami hakikat filsafat.

3. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian filsafat secara luas dalam arti harafiah, operasional, dari sudut materinya, serta sebagai produk atau hasil pemilsafatan.
b. Menjelaskan pengertian filsafat menurut beberapa filsuf terkenal seperti Plato dan lain-lain
c. Menjelaskan problema sentral filsafat
d. Menjelaskan ruang lingkup (pembagian) filsafat dilihat dari sudut karakteristik objeknya. 
e. Menyebutkan asal muasal manusia berfilsafat.
f. Menyebutkan sifat dasar filsafat
g. Menjelaskan peranan filsafat
h. Menjelaskan kegunaan filsafat

4. Kegiatan Belajar 

4.1. Kegiatan Belajar 1

PENGERTIAN FILSAFAT

4.1.1. Uraian
Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi : 1) filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai product atau hasil pemilsafatan.

4.1.1.1. Filsafat dalam arti “Harafiah”
Asal kata Filsafat dari bahasa Latin “Filosofia) terdiri dari kata Filos dan Sofia
Filos = Cinta atau hasrat yang besar
Sofia = Pengetahuan yang mendalam sampai berkaitan dengan kearifan. 
Berdasarkan pembahasan secara harafiah ini filsafat berarti cinta kepada pengetahuan  atau hasrat yang besar untuk menjadi arif

4.1.1.2. Filsafat secara Operasional (Prosesnya)
Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah barang tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.

4.1.1.3. Filsafat dibahas dari sudut isinya (Materinya)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari metodologi serta hakekat kebenaran dan nilai dari ihwal terutama tentang manusia dan segala cita-citanya, dengan lingkungannya, agamanya, kehidupannya, ideologinya, hakekat dirinya dan lain-lain. Masalah hakikat di dalam ilmu filsafat dimasukkan di dalam Ontologi yang akan kita bahas di dalam modul-modul selanjutnya.
Filsafat mengenai nilai ada 3 (tiga) bagian, yaitu : 1) Aksiologi : yaitu filsafat tentang “nilai pada umumnya” misalnya : nilai tujuan filosofis suatu negara dan cara kerja yang memperhatikan nilai-nilai tertentu; 2) Etika : yaitu filsafat tingkah laku disebut The Filosophy of Conduct ; 3) Aestetika : yaitu filsafat keindahan disebut The Filosophy of Art


4.1.1.4. Filsafat sebagai Product atau Hasil Pemilsafatan
Ini merupakan “hasil” orang berfilsafat atau produk para filsuf dan para ahli pikir. Pengertian terakhir inilah yang menjadi dasar pengertian “filsafat” untuk modul-modul selanjutnya yang bersifat “Ontologis” (mempelajari hakikat kebenaran) dan bersifat “Value oriented” (aksiologis, etis atau aestitis), yang mempelajari nilai-nilainya.

4.1.1.5. Filsafat menurut para Filsuf
Arti filsafat tidak semudah dan sesederhana seperti yang disajikan dengan 4 pendekatan di atas. Literatur tentang filsafat, kita ambil satu buku saja, misalnya dari Drs Sudarsono, SH “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar”. Dia sudah dapat mengemukakan tidak kurang dari 7 definisi yang berbeda-beda dari berbagai filsuf : Plato, Aristoteles, Al Farabi, Rene Descartes, Imanuel Kant, Langeveld, Hasbullah Bakry. Disini akan diambil beberapa contoh saja dari sekian banyak definisi-definisi itu :

1) Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2) Aristoteles : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
3) Rene Descartes : Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, Alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
4) Immanuel Kant : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui ? Masalah Etika yang menjawab persoalan apa yang harus kita kerjakan ? masalah Ke-Tuhan-an (keagamaan) yang menjawab persoalan harapan kita dan masalah manusia.


4.2. Kegiatan Belajar 2

PROBLEM SENTRAL FILSAFAT

4.2.1. Uraian

Jika pandangan-pandangan yang beraneka ragam tentang filsafat, kita rangkum, maka ternyata bahwa problema sentral filsafat adalah usaha manusia untuk mencari hakiki, keberadaannya, hakikat manusia dalam hubungan dengan alam semesta, di mana manusia itu menempatkan dirinya di dalamnya. Masalah pokok dalam hal ini adalah “the meaning of human life”, dalam rangka “the significance of the world.” Segi-segi manusia dan kemanusiaan adalah beraneka ragam, maka ruang lingkup filsafat adalah sesuai dengan segi-segi manusia dalam kaitannya dengan hakekat dunia dan alam semesta. Dengan demikian maka dikenal 2 segi pokok : 1) “The world outlook”, dan “The destiny of man”, 2) Masalah metode berpikir

4.2.1.1. “The world outlook”, dan “The destiny of man”
- Manusia selalu mencari hakikat kebenaran tentang segala hal ihwal, jika perlu sampai kebenaran yang terakhir (Sutan Takdir Alisyahbana). Manusia itu apa, dari mana asalnya, dan hendak kemana ?
- Manusia hidup selalu mencari dan menjalankan nilai-nilai hidup tertentu : hidup itu for what ? (nilai terminal), hidup itu bagaimana, bagaimana cara yang baik, how (instrumental value)

4.2.1.2. Metode Berpikir
Masalah metode berpikir meliputi dasar-dasar dan dalil bagaimana manusia berpikir secara teratur dan benar.

4.2.1.3. Cabang-Cabang Filsafat
Kedua segi ini dipelajari oleh cabang-cabang filsafat sebagai berikut :
1) Metode berpikir dipelajari oleh “metodologi” yang menghasilkan antara lain standar of valid thinking.

2) Yang mempelajari dasar-dasar pokok “pengetahuan” yang mendalam oleh manusia ialah “epistemology” (the philosophy of knowledge).
3) Yang mempelajari masalah hakikat misalnya tentang hakikat manusia dan hakikat-hakikat yang lain ialah : ‘ontologi” (the philosophy of being, of essential)
4) Yang mempelajari nilai-nilai kemasyarakatan baik nilai-nilai tujuan filisofis ialah axiology (the philosophy of value).
5) Yang mempelajari nilai-nilai akhlak, moral, budi luhur masing-masing diri manusia ialah “etika” (the philosophy of conduct).
6) Yang mempelajari nilai-nilai keindahan ialah “ estetika” (the philosophy of art).
7) Yang mempelajari ciri-ciri paling mendasar dan paling luas dari segala pengalaman manusia dipelajari oleh “metaphysika”.


4.3. Kegiatan Belajar 3

Filsafat Umum dan Filsafat Khusus

4.3.1. Uraian

Apabila dilihat dari sudut karakteristik objeknya, filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Filsafat Umum atau Filsafat Murni, dan (2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan. 
Filsafat Umum mempunyai objek : (1) hakikat kenyataan segala sesuatu (Metafisika), yang termasuk di dalamnya hakikat secara keseluruhan (Ontologi),  kenyataan tentang alam atau kosmos (Kosmologi), kenyataan tentang Tuhan (Teologi); (2) hakikat mengetahui kenyataan (Epistemologi); (3) hakikat  menyusun kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan (Logika); dan (4) hakikat menilai kenyataan (Aksiologi), antara lain tentang hakikat nilai yang berhubungan dengan baik dan jahat (Etika) serta nilai yang berhubungan dengan indah dan buruk (Estetika).
Filsafat khusus (terapan) akan dibahas tersendiri pada modul berikutnya.

4.4. Kegiatan Belajar 4

ASAL MUASAL MANUSIA BERFILSAFAT

4.4.1. Uraian
Bagaimanakah filsafat tercipta ? Apa yang menyebabkan manusia berfilsafat ? sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk berfilsafat, yaitu : ketakjuban, ketidakpuasan,  hasrat bertanya dan keraguan.

4.4.1.1. Ketakjuban
Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah thaumasia (kekaguman, keheran, atau ketakjuban). Dalam karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles mengatakan bahwa karena ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub  memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-bintang, dan asal mula alam semesta.
Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-bintang, matahari, dan langit merangsang manusia untuk melakukan penelitian. Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat.

4.4.1.2. Ketidakpuasan
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan dan keterangan yang diberikan oleh mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan inilah yang membuat manusia terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Manusia yang terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan itu lambat laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan. Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun temurun semakin tersisih dari peranannya semula yang begitu besar dan lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.

4.4.1.3. Hasrat bertanya
Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung habis. Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan, penelitian, dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang menghasilkan penemuan baru yang semakin memperkaya manusia dengan pengetahuan yang terus bertambah.

4.4.1.4. Keraguan
Manusia selaku penanya mempertanyakan  sesuatu dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu.
Manusia bertanya bisa karena ia masih meragukan kejelasan dan kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, jelas terlihat bahwa keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk bertanya dan terus bertanya, yang kemudian menggiring manusia untuk berfilsafat.


4.5. Kegiatan Belajar 5

SIFAT DASAR FILSAFAT

4.5.1. Uraian
Menurut Rapar (1996) paling sedikit ada lima sifat dasar filsafat, yaitu : (1) berpikir radikal, (2) mencari asas, (3) memburu kebenaran, (4) mencari kejelasan, (5) berpikir rasional.

4.5.1.1. Berpikir Radikal
Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak pernah berhenti hanya pada suatu fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan.
Bagi seorang filsuf, hanya apabila akar atau radix realitas telah ditemukan, segala sesuatu yang bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya bila akar suatu permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.

4.5.1.2. Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.
Mencari asas pertama berarti juga menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas. 

4.5.1.3. Memburu Kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoal¬kan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat di¬pertanggungjawabkan, setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.
Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafati tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang meyakinkan serta lebih pasti.

4.5.1.4. Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilang¬kan keraaguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa
berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada pula yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar keje!asan pengertian (clarity of understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafati ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual (intellectual clarity).' Dengan demikian, dapat mengatakan bahwa berpikir secara filsafati berarti berusaha memperoleh ke¬kejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengelimi¬nasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mung¬kin dapat menggapai kebenaran.
Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuang¬an untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.

4.5.1.5. Berpikir Rasional
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesim¬pulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan 
4.6. Kegiatan Belajar 7

KEGUNAAN FILSAFAT

4.6.1. Uraian
Paling tidak ada empat kegunaan filsafat bagi manusia, diantaranya adalah :
- Mendidik dan melatih manusia unt merumuskan pikiran-pikiran secara logis, sistematis, objektif, methodis dan “ gambling”.
- Membantu manusia unt menelaah suatu masalah tdk hanya terhenti pada fenomena atau gejala penampakan saja, tetapi sanggup membantu mengungkapkan suatu masalah sampai kepada masalah hakikinya.
- Membantu manusia meningkatkan kecerdasan dan tanggung jawab terutama kepada hati nuraninya sendiri.
- Memberikan pelita dalam masalah-masalah ilmu dan iman



DAFTAR PUSTAKA

Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Kanisius, Yogyakarta.
Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kattsoff . Louis O., 1992, Pengantar Filsafat Judul Asli Elements of Philosophy, alih bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Sudarsono, 1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 2001, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL

Objek Material
= Pokok persoalan (subject matter)/pokok bahasan, dibedakan :

Arti I : Bidang khusus dari penyelidikan faktual, contoh :
- Penelitian tentang atom termasuk bidang fisika
- Penelitian tentang klorofil termasuk bidang botani atau biokimia
- Penelitian tentang alam bawah sadar termasuk bidang psikologi

Arti II : Kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan, contoh :
- Anatomi dan fisiologi keduanya bertalian dengan struktur tubuh
- Anatomi mempelajari strukturnya
- Fisiologi mempelajari fungsinya
- Keduanya mempunyai pokok persoalan yang sama, namun dapat dikatakan beda

Kesimpulan, objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, diselidiki, dipelajari, mencakup : 
- Konkrit (manusia, tumbuhan, hewan dll.)
- Abstrak (ide-ide, nilai-nilai, kerohanian)

Objek Formal
Adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya, serta prinsip-prinsip yang digunakannya, membedakannya dari bidang-bidang lain.

Kesimpulan :
- Para ahli di bidang ilmu tertentu mengarahkan perhatiannya pada salah satu dari objek materialnya
- Melahirkan adanya otoritas dan otonomi (kemandirian) keilmuan, yaitu wewenang seseorang ilmuwan untuk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan pihak luar

DAFTAR PUSTAKA 

Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Kanisius, Yogyakarta.
Jan Hendrik Rapar, 1996, Pengantar Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Kattsoff . Louis O., 1992, Pengantar Filsafat Judul Asli Elements of Philosophy, alih bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Sudarsono, 1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 2001, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar